PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) menargetkan Telkom HyperScale Data Center fase I dapat mulai beroperasi pada semester kedua 2022. Vice President Corporate Communication Telkom Indonesia Pujo Pramono mengatakan, saat ini, pembangunan fase I data center tersebut tengah dalam tahap penyelesaian.
Pujo menyampaikan, Telkom HyperScale Data Center fase I akan memiliki kapasitas sekitar 22 MegaWatt (MW). Sementara secara total, proyek Telkom HyperScale Data Center yang berlokasi di Bekasi ini rencananya akan memiliki kapasitas maksimal 75 MW.
Sebagai informasi, Telkom HyperScale Data Center termasuk dalam sertifikasi tier 3 dan 4. Data center tersebut dibangun di atas tanah seluas 65.000 m2 dan berkapasitas total hingga 10.000 rak. Untuk mengurangi jumlah emisi karbondioksida, Telkom juga membangun pembangkit listrik tenaga gas dan panel surya untuk area publik dan perkantoran di sekitar kawasan.
Menurut Pujo, permintaan data center akan terus bertumbuh ke depannya. “Kami yakin ke depannya eranya akan data center karena data center merupakan digital platform. Di dunia, orientasi data center adalah ketersediaan power,” kata Pujo saat ditemui di Jakarta Selatan, Senin (25/4).
Selain membangun data center baru, Telkom juga tengah dalam proses mengonsolidasikan bisnis data center ke dalam PT Sigma Tata Sadaya (STS). Dengan begitu, data center yang tadinya dikelola oleh beberapa perusahaan secara terpisah akan tergabung di bawah naungan STS.
Saat ini, Telkom memiliki 27 data center. Sebanyak 22 data center berlokasi di dalam negeri dan 5 data center di luar negeri, termasuk data center tier 3 dan 4 di Singapura.
Setelah konsolidasi selesai, Telkom juga membuka opsi initial public offering (IPO) perusahaan yang bersangkutan sebagai langkah untuk unlock value bisnis data center. Namun, opsi IPO ini hanya salah satu dari sekian pilihan lainnya.
“Kami masih dalam berbagai penjajakan dan opsi. IPO memang salah satu opsi untuk unlock value tapi belum tentu itu yang akan dipilih,” ucap Pujo.
Asal tahu saja, unlocking bisnis data center merupakan salah satu dari lima strategi Telkom (disebut Five Bold Moves) untuk bertransformasi menjadi digital telco. Empat strategi lainnya adalah unlocking bisnis menara telekomunikasi, percepatan bisnis digital secara terstruktur melalui pembentukan Digital Company (DigiCo), penguatan bisnis B2B IT Services, dan menginisiasi integrasi bisnis broadband (fixed mobile convergence alias FMC).
Strategi unlocking bisnis menara telekomunikasi sudah dilakukan melalui aksi korporasi IPO PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (Mitratel) di Bursa Efek Indonesia. Sementara untuk empat strategi lainnya masih gencar diakselerasikan Telkom dan ditargetkan terealisasi hingga akhir 2023.
Untuk menjalankan berbagai strategi tersebut, Telkom mengalokasikan belanja modal alias capital expenditure (capex) setara 25% dari target total pendapatan 2022. Pendapatan pada tahun ini ditargetkan tumbuh mid-single digit dari realisasi pendapatan 2021 yang sebesar Rp 143,2 triliun.
Capex tersebut akan digunakan untuk membangun digital platform seperti data center dan cloud services. Dana tersebut juga akan dimanfaatkan untuk membangun konektovitas, base transceiver station (BTS) Telkomsel, dan menara telekomunikasi Mitratel.
Sumber Kontan, edit koranbumn