Emiten telekomunikasi pelat merah PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. mengungkapkan alasan perseroan memilih kas internal sebagai sumber dana untuk pelunasan obligasi mereka yang jatuh tempo Juli mendatang.
Dalam keterbukaan informasi di laman Bursa Efek Indonesia (BEI) Rabu (6/5/2020), emiten berkode saham TLKM ini menyatakan kesiapan perseroan untuk melakukan pembayaran pokok Obligasi II Telkom Tahun 2010 Seri B. Surat utang itu akan jatuh tempo pada 6 Juli 2020 dengan jumlah pokok Rp1,995 triliun.
Adapun dalam keterangan tersebut perseroan menyatakan sumber dana yang akan digunakan untuk melunasi pokok obligasi berasal dari kas internal perseroan dan akan dibayarkan kepada PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) paling lambat pada periode sebagaimana ketentuan yang berlaku.
Ketika dikonfirmasi, Vice President Corporate Finance & Investor Relation Telkom Indonesia Andi Setiawan mengatakan posisi arus kas yang cukup baik menjadi alasan opsi tersebut pilih perseroan, alih-alih menerbitkan obligasi baru untuk refinancing.
“Untuk saat ini posisi cash kami masih cukup baik, sehingga mencukupi untuk kebutuhan tersebut,” ujar Andi ketika dihubungi Bisnis.com, Rabu (6/5/2020).
Andi juga menegaskan bahwa hingga saat ini perseroan belum memiliki rencana untuk menerbitkan obligasi baru. Adapun selain obligasi yang akan jatuh tempo tahun ini, TLKM tercatat memiliki empat obligasi lainnya yang akan jatuh tempo pada 2022, 2025, 2030, dan 2045.
TLKM sendiri hingga saat ini belum merilis laporan keuangan buku 2019 maupun kuartal pertama 2020. Jika melihat laporan keuangan perseroan per 31 September 2019, kas setara kas perseroan untuk periode berjalan adalah sebesar Rp15,017 triliun.
Per September 2019, TLKM memiliki ekuitas sebesar Rp116,45 triliun, berkurang sedikit dari akhir 2018 senilai Rp117,3 triliun.
Jumlah liabilitas mencapai Rp98,54 triliun, dengan perincian liabilitas jangka pendek Rp53,88 triliun dan jangka panjang Rp44,66 triliun. Total aset perseroan pun mencapai Rp214,99 triliun, menanjak dari sebelumnya Rp206,19 triliun.
Sumber Bisnis, edit koranbumn