Sebagai salah satu operator telekomunikasi, Telkomsel mengungkapkan ada sejumlah tantangan dalam menghadirkan teknologi 5G private network di sektor industri.
VP Network Architecture and Design Telkomsel Marfani mengatakan tantangan yang mungkin muncul ke depannya adalah kondisi Indonesia yang belum cukup siap secara ekosistem untuk mengadopsi teknologi 5G.
“Namun kami di Telkomsel juga selalu mengadakan workshop, sosialisasi dan lainnya pada industri terutama UMKM dan lainnya terkait benefit yang bisa mereka dapatkan dari teknologi 5G,” kata Marfani dalam sebuah diskusi daring, Selasa (7/6/2022).
Bukan itu saja, menurut dia tantangan lainnya adalah sinkronisasi dengan calon usernya sendiri mengingat investasi untuk 5G ini merupakan komitmen jangka panjang.
Maka dari itu, dia menegaskan bahwa pihaknya terus berupaya melakukan workshop dan sosialisasi mengenai manfaat 5G khususnya ke calon pelanggan.
“Nah apakah ada perusahaan yang berpandangan jauh seperti itu di Indonesia. Ini yang perlu kita dorong ke sana sehingga nanti benefitnya tidak hanya dinikmati oleh kami di operator,” ucapnya.
Sementara itu menurut Country Director Qualcomm Indonesia Shannedy Ong, teknologi 5G sangat berpotensi untuk mendukung sektor industri manufaktur dan smart city di Indonesia.
Sayangnya, penetrasi broadband masih cukup rendah di Tanah Air. Padahal, kalau potensi ini bisa dimanfaatkan akan membawa perubahan yang sangat signifikan, termasuk bagi sektor industri.
“Khusus di Indonesia, penetrasi broadband kita bisa dibilang sangat rendah bila dibandingkan negara tetangga di Asia Tenggara seperti Thailand atau Vietnam. Dari sisi speed pun kita masih jauh di bawah mereka,” ucap Shannedy.
Dari sisi konektivitas, Direktur Telekomunikasi Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kemenkominfo Aju widya Sari mengatakan dalam pengadaan private network ini, seluruh pihak terkait perlu mengetahui karakteristik dari 5G itu sendiri.
Secara teknologi, sambung dia, memang di awal banyak yang mempromosikan 5G untuk keperluan mobile broadband. Namun sebenarnya, tujuan utama dari 5G itu sendiri adalah slashing dari network yang mendukung layanan machine to machine dan juga layanan dengan latensi rendah yang dimanfaatkan untuk aplikasi yang mendukung kegiatan industri.
“Yang dilakukan Kemenkominfo untuk mendukung ke sana adalah menyiapkan konektivitas lewat palapa ring. Apalagi nanti juga akan ditambah dengan persiapan lelang frekuensi untuk middle-band, frekuensi 700 MHz dari ASO, dan yang paling penting juga adalah bagaimana Kemenkominfo menyediakan fasilitas untuk kebutuhan industri ini,” tuturnya.
Sumber Bisnis, edit koranbumn