Pandemi corona (covid-19) mengancam keberlanjutan proyek pabrik pengolahan dan pemurnian tembaga milik PT Freeport Indonesia (PTFI). Akibat proses pengerjaan yang terhambat, penyelesaian smelter PTFI berpotensi mundur dari target.
Merujuk pada laporan kuartal I yang dirilis Freeport McMoran (FCX), potensi keterlambatan tersebut sebagai akibat dari gangguan pada jadwal kerja dan perjalanan kontraktor internasional. Dengan adanya keterbatasan akses sebagai konsekuensi dari mitigasi covid-19, PTFI pun melaporkan kepada pemerintah terkait potensi keterlambatan dalam mencapai batas waktu penyelesaian di Desember 2023.
“PTFI saat ini sedang mendiskusikan dengan pemerintah Indonesia jadwal yang ditangguhkan untuk proyek tersebut, serta alternatif lain mengingat Covid-19 dan kondisi ekonomi global,” ungkap Freeport dalam laporan kuartal pertama 2020 FCX sebagaimana dikutip Kontan.co.id.
Pihak PTFI pun mengamini hal tersebut. Vice President Corporate Communication Freeport Indonesia Riza Pratama membenarkan potensi proyek smelter PTFI yang tidak sesuai target. “Betul karena corona. Ada kemungkinan mundur,” kata Riza saat dikonfirmasi Kontan.co.id, Senin (27/4).
Padahal, rencananya PTFI segera memulai tahap konstruksi fisik smelter yang berlokasi di Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Gresik Jawa Timur tersebut. Dalam catatan Kontan.co.id, Direktur Utama PTFI Tony Wenas menargetkan, proses konstruksi fisik bisa dimulai pada Agustus 2020.
Dalam laporan verifikasi terbaru kepada Kementerian ESDM, progres per periode Januari 2020 mencapai 4,88% dari total proyek. Tony menyebut, pengerjaan front end engineering design (FEED) sudah rampung, tapi proses pematangan lahan masih berlangsung.
Saat itu, Tony meyakinkan bahwa keseluruhan proyek akan rampung dan bisa beroperasi komersial pada kuartal keempat 2023. Asal tahu saja, smelter dengan nilai investasi sekitar US$ 3 miliar ini memiliki dua fasilitas. Yakni untuk mengolah konsentrat tembaga menjadi katoda tembaga, serta fasilitas pemurnian logam berharga atau precious metal refinery (PMR).
Smelter tembaga memiliki kapasitas input 2 juta ton konsentrat tembaga per tahun dan dapat menghasilkan katoda tembaga sebanyak 550.000 ton per tahun. Sementara kapasitas fasilitas PMR bisa mengolah 6.000 lumpur anoda per tahun. Produk turunan yang bisa dihasilkan dari fasilitas PMR itu ialah emas, perak, platinum, paladium, selenium, bismut, dan timbal.
Sumber Kontan, edit koranbumn