Penyebaran virus corona (Covid-19) yang meluas ke beberapa negara berdampak pada berbagai sektor, salah satunya industri pertambangan yang memiliki pasar ekspor.
PT Timah Tbk (TINS) sebagai perusahaan pertambangan timah terbesar di Indonesia, juga turut mengalami dampak langsung dari pandemi virus corona ini.
Terlebih, harga jual timah awal tahun ini terus tertekan. Hal ini dipicu dari pemberhentian sementara produksi barang-barang elektronik, smartphone dan teknologi lainnya yang bahan dasarnya menggunakan timah, yang akhirnya menyeret penurunan permintaan terhadap timah.
Direktur Utama Timah Riza Pahlevi mengatakan, perusahaan masih menunggu perkembangan pasar untuk mengakselerasi penjualan terutama pasar ekspor. Oleh karena itu, sementara ini TINS menurunkan produksi dan menahan penjualan hingga harga dinilai menguntungkan perusahaan.
“Pasar timah masih dominan ekspor, di tengah kondisi virus corona saat ini banyak perusahaan menghentikan produksi dan ini berdampak pada pengurangan permintaan dan harga terus terkoreksi,” kata Riza .
Riza menyebutkan, penurunan produksi mencapai 20%-30% dari target bulanan yang telah ditetapkan perusahaan. “Sekitar 20%-30% produksi yang kami kurangi dari target bulanan,” tegas dia.
Menahan ekspor dan mengurangi produksi, dinilai menjadi langkah sementara yang dilakukan Timah sambil melihat perkembangan permintaan pasar. Perusahaan pelat merah ini juga belum dapat memprediksikan kapan permintaan akan membaik di tengah situasi global yang sedang tak menentu saat ini.
“Informasi memang industri global khususnya yang berproduksi di China sudah mulai berjalan namun dilakukan secara bertahap, kami masih menunggu dulu. Sehingga kami menahan ekspor dan mengurangi produksi,” tambah Riza.
Kendati demikian, Timah akan tetap berupaya untuk meningkatkan cadangan timah. Pasalnya, timah masih menjadi komoditi yang dibutuhkan dan belum ada subtitusinya (tidak tergantikan) untuk pembuatan peralatan berteknologi tinggi.
“Kami masih menunggu, ada memang hal-hal yang di luar prediksi kita seperti virus corona. Ini tidak hanya terjadi pada industri pertambangan tapi hampir semuanya saya rasa,” katanya.
Ia berharap, harga timah akan segera membaik. Jika, nantinya sudah kembali normal maka pihaknya akan kembali memproduksi dan ekspor secara normal.
“Kami lihat permintaan pasar dan harga yang berkembang, kalau sudah normal ya kami akan kembali meningkatkan produksi dan tetap ekspor,” pungkas Riza.