PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) kian dekat menuntaskan rencana divestasi aset infrastruktur di sektor perkeretaapian, yakni PT Celebes Railway Indonesia setelah adanya minat dari calon investor potensial.
Direktur Strategi Korporasi dan HCM PTPP I Gede Upeksa Negara mengungkapkan bahwa divestasi anak usaha tersebut sudah memasuki tahap final. Hingga kini, perseroan sudah menerima final planning offer (FPO) dari tiga calon investor.
“Untuk PT Celebes Railway Indonesia ini sudah bisa lebih maju, karena sudah kami terima FPO dari tiga calon investor,” ujarnya dalam paparan publik, Rabu (17/9/2025).
Upeksa menuturkan PTPP kini tengah mengevaluasi tiga FPO tersebut dan diharapkan pengerucutan calon pembeli atau preferred bidder terjadi pada Oktober 2025. Dengan demikian, divestasi diperkirakan dapat rampung pada tahun ini.
“Harapannya bulan depan sudah kami kerucutkan untuk preferred bidder, sehingga pada tahun ini kami bisa selesaikan proses divestasi di Celebes Railway,” ungkapnya.
Selain Celebes Railway, PTPP juga tengah memfinalisasi divestasi PT PP Infrastruktur (PPIN) yang bergerak di bidang sistem penyediaan air minum (SPAM). Untuk aset ini, tiga investor yang terdiri dari dua investor nasional dan satu asing ini tengah menyelesaikan due diligence sebelum mengajukan penawaran resmi.
Menurut Upeksa, divestasi dilakukan agar PTPP dapat fokus ke bisnis inti perusahaan. Segala unit bisnis yang tidak sejalan dengan core business akan segera dilepas guna mengurangi beban utang dan memperoleh keuntungan.
Pada tahun lalu, PTPP juga telah mendivestasikan anak usahanya yakni PT Ultra Mandiri Telekomunikasi kepada PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) atau Mitratel dengan mahar sebesar Rp645,45 miliar.
Direktur Keuangan PTPP Agus Purbianto menyampaikan bahwa transaksi itu dilakukan sebagai upaya perseroan untuk kembali ke bisnis intinya dengan melakukan klasterisasi portofolio di PT PP Infrastruktur.
“Dalam rangka memperkuat bisnis utamanya [PP Infrastruktur] pada sektor air atau SPAM dan merampingkan portofolio investasi untuk mencapai keberlanjutan usaha,” tutur Agus melalui keterbukaan informasi.
PT Ultra Mandiri Telekomunikasi berfokus pada penyediaan infrastruktur telekomunikasi, khususnya fiber optik. Entitas anak ini tercatat mulai beroperasi sejak 2019 dan memiliki aset Rp352,66 miliar hingga kuartal III/2024.
Sementara itu, dari sisi operasional, PTPP mencatatkan nilai kontrak baru sebesar Rp15,28 triliun sampai dengan Agustus 2025. Perolehan ini setara 53,6% dari target kontrak sepanjang tahun ini yang dipatok Rp28,5 triliun.
Komposisi kontrak baru PTPP didominasi proyek yang berasal dari sumber dana BUMN sebesar 51,2%, swasta berkontribusi 31%, dan pemerintah sebesar 17,8%.
Kontribusi terbesar datang dari segmen tambang sebesar 19,5%, gedung 17,81%, pembangkit listrik 17,56%, jalan dan jembatan 15,81%, pelabuhan 15,26%, minyak dan gas 5,39%, irigasi 4,63%, bendungan 1,78%, bandara 1,40%, serta industri 0,85%.
Corporate Secretary PTPP Joko Raharjo menyampaikan bahwa perolehan kontrak tersebut menjadi bukti nyata strategi manajemen dalam menangkap peluang di tengah dinamika industri konstruksi nasional.
“Kami terus berupaya menjaga momentum pertumbuhan ini melalui seleksi proyek berkualitas, penguatan sinergi dengan pemangku kepentingan, serta penerapan manajemen risiko yang terukur,” ujarnya dalam keterangan resmi.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Sumber Bisnis, edit koranbumn
















