“Seiring dengan peningkatan produksi dari kuartal ke kuartal, tren kenaikan harga logam timah global, serta dukungan pemerintah dalam perbaikan tata kelola pertambangan timah, perseroan berhasil membukukan laba bersih sembilan bulan 2025 sebesar Rp602 miliar,” ujar Fina dalam keterangannya, Sabtu (1/11/2025).
Permintaan logam timah global tetap kuat, terutama dari sektor elektronik seperti tin solder dan tin chemical. Data Kementerian Perdagangan menunjukkan ekspor logam timah Indonesia hingga September 2025 mencapai 37.946 metrik ton, naik 28% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Dari total tersebut, PT Timah berkontribusi sekitar 21%, setara 3% dari ekspor global sebesar 278.048 metrik ton.
Di sisi harga, rata-rata Cash Settlement Price LME hingga September 2025 tercatat US$32.775,58 per ton, naik 8,8% dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan harga ini dimanfaatkan Perseroan untuk memperluas jangkauan pasar ekspor dan meningkatkan margin penjualan.
Sementara hingga akhir kuartal III/2025, PT Timah mencatat produksi bijih timah sebesar 12.197 ton Sn, sementara produksi logam timah mencapai 10.855 ton. Meski secara tahunan sedikit menurun akibat faktor cuaca dan aktivitas penambangan ilegal, stabilitas operasi berhasil dijaga melalui peningkatan efisiensi dan pengendalian biaya produksi.
Penjualan logam timah mencapai 9.469 metrik ton, dengan komposisi 7% pasar domestik dan 93% ekspor. Enam negara utama tujuan ekspor mencakup Jepang (19%), Singapura (19%), Korea Selatan (18%), Belanda (9%), Italia (4%), dan Amerika Serikat (4%).
Harga jual rata-rata logam timah mencapai US$33.596 per ton, naik 8% secara tahunan, didorong penguatan permintaan di kawasan Asia Pasifik, Eropa, dan Amerika.
Dari sisi kinerja keuangan, perseroan membukukan pendapatan sebesar Rp6,6 triliun dan EBITDA Rp1,5 triliun hingga kuartal III/2025. Laba bersih tersebut telah mencapai 78% dari target laba tahun 2025 sebesar Rp774 miliar.
Total aset naik 7% menjadi Rp13,7 triliun, sementara liabilitas meningkat 14% menjadi Rp6,1 triliun. Ekuitas juga menguat 2% menjadi Rp7,61 triliun. Indikator keuangan menunjukkan kondisi yang sehat, dengan Quick Ratio 32,8%, Current Ratio 177,8%, Debt to Asset Ratio 44,4%, dan Debt to Equity Ratio 79,9%.
Manajemen TINS menilai struktur keuangan yang likuid menjadi fondasi kuat untuk mendukung pengembangan bisnis dan ekspansi produksi di tengah dinamika harga komoditas global.
Adapun International Tin Association (ITA) memperkirakan konsumsi timah global tahun 2025 akan tumbuh 0,6% menjadi 380.160 metrik ton, dengan pasokan 374.910 metrik ton, menandakan kondisi pasar yang ketat.
Sementara itu, Bloomberg memproyeksikan harga timah dunia sepanjang 2025 berada di kisaran US$32.254–US$34.000 per ton. Dalam jangka menengah, prospek harga akan dipengaruhi oleh ekspansi industri elektronik, semikonduktor, digitalisasi, dan penerapan artificial intelligence (AI).
Sumber Bisnis, edit koranbumn
















