PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) akan mengutamakan pengembangan infrastruktur gas dan virtual pipeline untuk meningkatkan pendapatan tahun ini dengan menyasar konsumen-konsumen industri.
Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PT PGN Syakrial Mukhtar mengungkapkan, saat ini PGN bukan saja akan mengembangkan pipeline konvensional tetapi juga virtual pipeline.
“Konversinya dengan CNG atau LNG untuk industri, tentu untuk daerah yang belum dikembangkan pipa,” kata dia dalam diskusi virtual “Dampak COVID-19 dan Harga Minyak Rendah Terhadap Bisnis Gas dan LNG Indonesia, Apa Strategi Kita” Sabtu (9.5).
Dia menjelaskan, kedepan PGN akan mengembangkan LNG Mini untuk mendukung pengembangan industri yang belum ada infrastruktur gas. Misalnya di Selatan Jawa belum ada pipa yang tersambung. “Solo Raya itu sudah besar, kami segera akan grab, peluang di sana Solo Raya bukan nyambungin pipa tetapi dengan membawa gas dengan LNG,” terangnya.
Syahrial mengatakan, untuk infrastruktur Teluk Lamong yang bulan depan akan beroperasi bisa menjadi lokasi untuk pengiriman LNG ke berbagai daerah. “infrastruktur gas kami itu untuk mengembangkan ritel LNG di Jawa sampai ke Jabar, ritel LNG itu dengan Isotank bisa sampai 600 km-800 km,” ujarnya.
Ia menyatakan, integrasi infrastruktur gas sangat penting untuk menyambungkan Aceh-Medan, Grissik-Jabar dan kemudian Jawa Tengah ke Jawa Timur. Lalu, perlu juga disambungkan Medan-Dumai.
“Sumatra bagian tengah gasnya banyak, proyeksi ada Saka Kemang, ada South Jambi, ada pengembangan gas Singapura, itu akan membuat gas itu akan digunakan untuk apa? dengan adanya pengembangan infrastruktur ke Sumut suplai gas akan cukup dan harga bisa bagus,” ungkap dia.
Syahrial juga mengungkapkan, bahwa saat ini pipa dari Crebon-Semarang belum tersambung, padahal ruas itu sangat signifikan untuk pengembangan Jawa Tengah yang masih kecil. “Padahal potensinya besar, banyak kawasan industri Jateng, itu membutuhkan volume gas,” tuturnya.
Sumber Kontan, edit koranbumn