Transformasi digital dinilai sebagai salah satu cara paling efektif untuk mendorong efisiensi anggaran dan operasional perusahaan.
CFO PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. atau TLKM Heri Supriadi menyebut saat pandemi perusahaannya memperoleh sejumlah keuntungan dan mengalami pertumbuhan.
“Namun, tentu kami memiliki sejumlah tantangan, walaupun di sisi lain, peforma kami meningkat pada 2021 lalu,” ujarnya dalam acara Adaptive Strategis for Business to Innovate and Keeping Cost Efficient, di Grand Hyatt Jakarta, Rabu (26/1/2022).
Sebagai informasi, pada kuartal III/2021 Telkom mencatatkan laba sebesar Rp18,9 triliun, naik 13,1 persen dari priode 2020.
Sementara itu, CFO PT Jasa Raharja (Persero) Myland menyebut, perusahaannya sangat terdampak oleh pandemi Covid-19 yang menerpa Indonesia sejak 2020.
Sebagai perusahaan asuransi kecelakaan, Jasa Raharja mengalami banyak penyesuaian selama pandemi. Salah satunya dengan mempercepat transformasi digital.
“Transformasi digital merupakan keharusan dan kami mengambil langkah tersebut untuk menyesuaikan banyak hal dan bertahan selama pandemi,” ujarnya.
Dengan transformasi digital dan pengelolaan anggaran yang sesuai, Jasa Raharja mengklaim tetap memiliki peforma kerja yang baik selama pandemi.
Di sisi lain, CFO of American Standard & ARISA Frans Budi Prana menyebut perusahaannya mengalami banyak peningkatan penjualan saat pandemi, terutama di permintaan sejumlah barang eletronik rumahan seperti AC.
“Permintaan ke kami meningkat selama pandemi, terutama karena banyak orang memilih untuk tetap di rumah, 2020-2021 meningkat dua kali lipat,” ujarnya.
Namun, keberadaan pandemi, menurutnya juga perlu disikapi dengan penerapan efisiensi pada pengadaan anggaran, bahan baku, manajemen pekerja dan kebutuhan operasional lainnya. Adapun, hal itu juga dilakukan dengan transformasi dan akses ke sistem digital.
Adapun Country Manager of PointNext Hewlett Packard Enterprise Imelda Setijadi menyebut, HPE GreenLake menyediakan layanan IT menyeluruh yang mencakup penyediaan perangkat keras hingga manajemen sistem IT. Layanan tersebut diklaim mampu menjadi solusi efisiensi perusahaan di tengah pandemi.
Melalui GreenLake, HPE memberikan penawaran berupa sistem pay per use. Artinya, pengguna layanan ini hanya akan dikenai biaya sesuai dengan pemakaian.
“Layanan kami tersebut dapat memungkinkan perusahaan untuk dapat mengatur pengeluaran sesuai kebutuhan, karena hanya membayar sesuai kebutuhan, sehingga lebih efektif,” ujarnya.
Menurut Imelda, perusahaannya tetap bisa menyediakan infrastruktur dan perangkat keras IT, seperti penyimpanan server. Selain itu, HPE juga melengkapinya dengan layanan manajemen IT menyeluruh yang dapat dibayar setiap bulannya, menyesuaikan kebutuhan perusahaan.
“Misalnya kita install peralatan dalam jumlah besar, tetapi penggunaannya 50 persen, maka pengenaan biaya hanya 50 persen dan dapat dibayar bulanan,” ujarnya.
Imelda menambahkan, peralatan yang disediakan HPE dapat diinstal pada penyedia layanan data center yang digunakan atau ditunjuk oleh perusahaan (pelanggan).
Saat ini, dia melanjutkan, layanan HPE GreenLake sudah digunakan oleh beberapa perusahaan yang ada di Indonesia, mencakup sektor perbankan, energi, dan startup tekfin.
Dia mengatakan, untuk 2022, HPE menargetkan penambahan konsumen sebanyak 3 kali lipat dibandingkan dengan pertumbuhan yang terjadi pada 2021.
Menurutnya, HPE GreenLake menawarkan kontrak yang mirip seperti sistem sewa kepada pelanggan. Para perusahaan pelanggan dapat menggunakan peralatan sekaligus layanan yang menyeluruh, setelah kontrak habis, unit yang ada dapat dikembalikan.
“Seperti sistem sewa, kalau biasanya perusahaan beli putus perangkat dan unitnya, dengan ini kami sediakan layanan. Setelah 3 tahun kontrak, jika perusahaan menginginkan kepemilikan perangkatnya, kami juga siapkan mekanismenya,” ujarnya.
Imelda menjelaskan, keberadaan GreenLake dapat membantu perusahaan mengatur keuangan dengan lebih fleksibel dan efektif. Selain itu, berbagai layanan akan dapat diperoleh para perusahaan pelanggan.
Sumber Bisnis, edit koranbumn