Perusahaan asuransi jiwa yang merupakan anak usaha bank BUMN menunjukkan kinerja ciamik, di tengah perlambatan yang dicatatkan industri asuransi jiwa. Sinergi dengan induk usaha dan fokus pada produk proteksi menjadi strategi untuk menggenjot pertumbuhan premi tahun ini.
Berdasarkan laporan keuangan triwulan I/2022, PT BNI Life Insurance mampu menghimpun pendapatan premi senilai Rp1,33 triliun. Perolehan anak usaha PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. ini meningkat sebesar 22 persen year-on-year (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Direktur Keuangan BNI Life Eben Eser Nainggolan mengatakan, pertumbuhan yang lebih tinggi dari pertumbuhan industri tersebut didorong dari pertumbuhan dari kanal bancassurance sebesar 28 persen dan kenaikan pendapatan premi lanjutan atau renewal sebesar 15 persen.
“Pertumbuhan premi di kuartal I/2022 dikontribusikan dari jenis produk individu non link dari kanal bancassurance dan produk asuransi group unit link dari kanal distribusi employee benefit,” ujar Eben
Dia menuturkan, perseroan juga melakukan sejumlah upaya untuk meningkatkan kinerja, seperti fokus melakukan penetrasi nasabah ke segmen upper mass ke atas, membuat program marketing sebagai pemanis, dan melakukan cross selling kepada nasabah eksisting.
Kenaikan pendapatan premi tersebut ditambah dengan kenaikan hasil investasi sebesar 184 persen yoy pun berhasil mengerek perolehan laba bersih BNI Life. Perseroan berhasil membalikkan rugi bersih senilai Rp1,45 miliar pada kuartal I/2021 menjadi laba senilai Rp10,97 miliar pada kuartal I/2022.
Eben optimistis kinerja perseroan pada 3 bulan pertama tahun ini tersebut dapat berlanjut hingga akhir semester I/2022. Ia mengakui bahwa adanya pengetatan aturan unit linked oleh Otoritas Jasa Keuangan yang terbit pada akhir kuartal I/2022, serta adanya periode libur panjang lebaran berpengaruh terhadap pendapatan premi perseroan sampai dengan Mei 2022.
Namun, perseroan akan menggenjot kinerja pada Juni 2022 ini agar pencapaian di kuartal II/2022 dapat menyamai pencapaian di kuartal I/2022.
“Strategi BNI Life menggenjot premi di tahun ini dengan mengintensifkan sinergi dengan induk perusahaan BNI dan mengubah fokus penjualan ke produk non linked,” kata Eben.
Sementara itu, PT Asuransi BRI Life mencatatkan pertumbuhan pendapatan premi sebesar 51,8 yoy persen sepanjang kuartal I/2022. Total pendapatan premi perseroan sepanjang kuartal I/2022 mampu mencapai Rp2,5 triliun, naik dibandingkan kuartal I/2021 yang senilai Rp1,65 triliun. Peningkatan pendapatan premi ini dikontribusi dari penjualan lini nonunit linked.
Adapun, secara keseluruhan total pendapatan usaha BRI LIFE mencapai Rp2,91 triliun sepanjang kuartal I/2022 atau naik 77,8 persen dibandingkan periode yang sama pada 2021 sebesar Rp1,63 triliun.
Direktur Utama BRI Life Iwan Pasila mengatakan, pertumbuhan signifikan tersebut ditopang oleh penetrasi nasabah yang sangat baik, sejalan dengan penetrasi induk usaha PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
“Induk kami terus penetrasi nasabah UMKM dan ke bawah, sehingga kami juga penetrasi nasabah-nasabah ritel melalui produk yang ada. Kami pun bisa capai hampir 16,5 juta tertanggung, ini capaian signifikan,” kata Iwan.
Untuk melakukan penetrasi lebih dalam kepada nasabah Bank BRI, perseroan menyediakan asuransi mikro dengan premi Rp50.000 setahun. Dengan asuransi mikro tersebut, BRI Life mampu menggaet 1-1,5 juta pemegang polis tiap bulannya.
Selain itu, BRI Life juga mengoptimalisasi jalur pemasaran melalui lima kanal distribusi antara lain distribusi, in branch sales, alternatif, corporate, dan agency.
Iwan memperkirakan kinerja sampai dengan akhir kuartal II/2022 ini dibandingkan kuartal yang sama tahun sebelumnya, kemungkinan akan melambat. Perseroan telah mengantisipasi adanya periode puasa Ramadan dan lebaran sehingga penghimpunan premi telah dipacu pada kuartal I/2022.
Ia pun optimistis perolehan premi perseroan masih mampu tumbuh di atas industri hingga akhir tahun ini.
“Strategi kami harus tumbuh di atas industri kalau mau gain market share. Sampai akhir tahun mungkin 10-15 persen, kalau bisa double. Mulai tahun lalu kami sudah maping nasabah BRI kebutuhannya seperti apa supaya bisa siapkan produk-produk sesuai kebutuhan mereka,” kata Iwan.
Menurutnya, mulai beralihnya masa pandemi ke endemi juga menjadi tantangan tersendiri bagi perseroan. Dengan mulai menggeliatnya aktivitas perekonomian, perseroan berupaya untuk menyiapkan produk-produk yang lebih fokus pada proteksi.
“Mungkin lebih banyak ke proteksi. Dengan pemulihan ekonomi, kemampuan nasabah sangat terbatas, ini tantangan temen-temen bagaimana desain produk yang bisa memenuhi kebutuhan nasabah,” katanya.
Sementara itu, industri asuransi jiwa mengalami perlambatan pertumbuhan pendapatan premi pada awal tahun ini yang disebabkan oleh penurunan signifikan pada pendapatan premi tunggal atau sekali bayar.
Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat total pendapatan premi unweighted (tidak dibobot) kuartal I/2022 tercatat mencapai Rp48,99 triliun atau mengalami penurunan 14,7 persen year-on-year (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Premi unweighted ini merupakan total premi yang dibayarkan nasabah, baik premi bersifat reguler maupun sekali bayar.
Sementara dari sisi total pendapatan premi weighted (dibobot), di mana premi sekali bayar disetahunkan, mencapai Rp27,86 triliun sepanjang kuartal I/2022 atau turun 6,8 persen yoy.
Sumber Bisnis, edit koranbumn