Progres proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) sudah mencapai 80 persen dan dijadwalkan menjalani uji coba pada November mendatang. Sejalan dengan itu, seluruh rangkaian Electric Multiple Unit (EMU) yang berjumlah 11 unit dan satu unit Comprehensive Inspection Trai (CIT) atau kereta ukur sudah selesai diproduksi di CRRC Sifang, Qingdao, Provinsi Shandong, Cina.
“Di tengah persiapan untuk uji coba KCJB pada November nanti, bisa kami sampaikan bahwa seluruh EMU dan 1 CIT untuk KCJB telah selesai produksi dan sekarang sedang memasuki tahap static commissioning dan dynamic test,” kata Presiden Direktur KCJB Dwiyana Slamet Riyadi dalam siaran pers, Kamis (7/4/2022).
Rangkaian EMU dan CIT ditargetkan tiba di Indonesia pada semester II 2022. EMU merupakan rangkaian kereta cepat dengan spesifikasi canggih dan mampu memonitor bahaya, seperti bencana gempa bumi, banjir, hingga serangan obyek asing, serta tahan api.
“Seperti rancangan konstruksinya, rangkaian EMU dan CIT KCJB juga dirancang sesuai dengan kondisi geologis di Pulau Jawa. Di dalamnya terdapat teknologi canggih berupa disaster monitoring sehingga kereta ini bukan hanya mampu melesat dengan cepat, namun juga memiliki tingkat keamanan dan kenyamanan yang sangat tinggi,” ucapnya.
Sistem keamanan yang terpasang dalam rangkaian EMU KCJB akan ditopang oleh berbagai instrumen keamanan seperti dispatching monitoring center, sensor pendeteksi ancaman di sepanjang trase KCJB, dan disaster monitoring terminal di Tegalluar sebagai pusat pengelolaan data kebencanaan. Selain itu, ada juga instrumen pengamatan langsung di lapangan dengan CCTV yang tersambung ke pusat komando KCJB untuk mengirim informasi visual.
Dwiyana mengatakan, operasional KCJB ditopang dengan teknologi CTSC 3/GSM-R network dan fiber optik yang sudah terbukti secara global dalam hal keselamatan perkeretaapian, khususnya kereta cepat. Lalu, terdapat juga internal dan eksternal lightning protection system pada konstruksi KCJB.
“Sistem keamanan KCJB tidak hanya terpasang pada rangkaian EMU. Mulai dari Tegalluar dan di sepanjang trase KCJB, Kami sudah siapkan berbagai sistem keamanan tingkat tinggi agar KCJB dapat melesat dengan baik dan optimal,” kata Dwiyana
Dengan kecepatan operasional yang mencapai 350 km per jam, rangkaian EMU KCJB diklaim memiliki kemampuan untuk meminimalkan getaran dan kebisingan, baik itu yang berasal dari akselerasi kereta maupun yang bersumber dari luar. Dengan demikian, penumpang bisa merasakan pengalaman bepergian dengan kereta cepat pertama di Asia Tenggara dengan kenyamanan yang tinggi.
Sumber Republika, edit koranbumn