PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) tengah gencar melakukan program co-firing atau penambahan biomassa sebagai bahan bakar pengganti parsial dalam PLTU batu bara sebagai salah satu upaya mencapai target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) nasional hingga 23 persen pada 2025.
Direktur Utama PJB, Gong Matua Hasibuan mengatakan PJB telah menginisiasi co-firing sejak 2018 yang melibatkan lembaga perguruan tinggi dalam pengkajian maupun simulasi serta pemodelan numerik dengan bantuan komputasi.
“Hingga 2021, kami telah melakukan uji coba co-firing terhadap 16 PLTU di Jawa maupun luar Jawa dengan persentase 1-20 persen. Langkah ini menjadikan PJB sebagai perusahaan pembangkit yang terdepan dalam inovasi co-firing,” ujarnya, Selasa (26/10/2021).
Dia menjelaskan selama melakukan co-firing tersebut, hingga Oktober 2021, PJB telah mampu memproduksi green energy dengan total sebesar 86,54 GWh, yang terdiri dari Paiton1-2 sebesar 37.311,62 MWh, Pacitan 18.180,62 MWh, Rembang 9.251,80 MWh, Paiton 9 sebesar 12.506,52 MWh, Tanjung Awar-Awar 1.480,78 MWh, Indramayu 5.353,48 MWh, Ketapang 118,33 MWh, Anggrek 2.287,34 MWh dan Bolok 10,99 MWh, serta Ropa 35,08 MWh.
“Melalui co-firing di PLTU, PJB ikut berpasitipasi dalam pengembangan energi yang lebih ramah, mengubah limbah serbuk kayu dari bahan organik/batang pohon menjadi energi yang dapat dimanfaatkan untuk menggantikan batu bara,” ujarnya.
Gong Matua menambahkan manfaat yang dihasilkan dari program co-firing pada PLTU batu bara adalah reduksi emisi serta penghematan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) sehingga dapat mendorong Indonesia menjadi lebih hijau dan berdaya saing.
“Dalam proses co-firing ini, kami juga tidak menambah biaya apapun, termasuk tidak membangun pembangkit EBT baru atau biomassa sehingga lebih kompetitif,” imbuhnya.
Sumber Bisnis, edit koranbumn