Direktur Utama Bank BTN Nixon LP Napitupulu memproyeksikan BTN Syariah akan menjadi bank terbesar kedua di Tanah Air usai melepas atau spin off Unit Usaha Syariah (UUS) miliknya.
Sebagaimana diketahui, BTN telah mengirimkan letter of intent (LoI) pada dua objek bank syariah sejak awal November 2023 dan tahapan akuisisi sendiri diharapkan selesai pada April atau Juni 2024.
“Target name memang tidak boleh dilakukan. Tapi, kita pilih membeli yang sudah eksisting. Saat ini kami masih menunggu respons para pemilik, nanti dikabarkan melalui keterbukaan informasi,” ujarnya dalam Public Expose, Rabu (29/11/2023).
Lebih lanjut, Nixon menyebut usai melakukan akuisisi dengan satu bank syariah, nantinya model bisnis dari BTN Syariah hampir sama dengan segmen konvensional.
Di mana, porsi 60 hingga 70% akan difokuskan pada perumahan sesuai dengan ekosistem yang dibangun BTN. Sementara, 30 hingga 40% sisanya akan didorong ke segmen turunan lainnya, yakni SME dan UMKM.
“Harapan kami pada semester II tahun depan, UUS dikeluarkan dari BTN dan digabungkan ke bank yang sudah diakuisisi, ini diharapkan menjadi bank terbesar kedua di segmen syariah nomor dua di Indonesia,” ujarnya.
Sebelumnya, memang Nixon sudah mengirimkan letter of intent (LoI) pada dua objek bank syariah sejak awal November 2023. Dia menyebut hal itu dilakukan agar bisa masuk dalam tahapan peninjauan alias due diligence terhadap target bank yang dibidik.
“Memang kita harus lakukan spin off selambat-lambatnya dua tahun, setelah BTN Syariah mencapai [aset] Rp50 triliun. Sekarang aja sudah [hampir] Rp49 triliun, pasti Desember sudah Rp50 triliun,” ujarnya dalam Public Expose, Rabu (29/11/2023).
Proses ini pun akan membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Hal ini lantaran, due diligence perlu menghabiskan waktu dua hingga tiga bulan. Kemudian, usai due diligence, BTN juga harus menyelesaikan proses administrasi.
Sampai akhirnya setelah Juni atau semester II/2024, BTN baru bisa memenuhi POJK Nomor 10 Tahun 2023 tentang pemisahan UUS terkait perbankan syariah.
Adapun, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai pasar bank syariah saat ini tidak sehat karena didominasi oleh PT Bank Syariah Indonesia Tbk. atau BSI (BRIS). OJK pun menilai bahwa BSI butuh pesaing.
“Memang kan tidak sehat dalam suatu pasar syariah, ada bank gede banget, yang lainnya hanya terima kecil-kecil saja,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae pada Selasa (14/11/2023).
Oleh karena itu, dia mengatakan OJK saat ini sedang mendorong bank syariah untuk berkonsolidasi. “Bahwa nanti kita ingin melihat 2 atau 3 bank syariah lain seukuran BSI,” kata Dian.
Menurutnya, salah satu upaya OJK mendorong konsolidasi dan hadirnya bank syariah besar selain BSI adalah dengan pemisahan atau spin off unit usaha syariah (UUS) menjadi bank umum syariah (BUS). “Jadi, apapun yang dilakukan terkait spin off akan dikaitkan dengan konsolidasi,” ujarnya.
Sebagai informasi, unit usaha syariah (UUS) BTN atau BTN Syariah telah meraup laba bersih RpRp235,27 miliar di kuartal III/2023, melonjak 70,4% secara tahunan (year on year/yoy).
Capaian laba bersih BTN Syariah juga disumbang penyaluran pembiayaan yang mencapai Rp30,35 triliun pada kuartal III/2023, naik 17,94% yoy. Pembiayaan perumahan tercatat mendominasi dari keseluruhan penyaluran pembiayaan di BTN Syariah yang porsinya mencapai 97,43%.
Adapun, kemampuan penyaluran pembiayaan ini ditopang oleh penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) yang telah mencapai Rp36,25 triliun pada kuartal III/2023, naik 16,76% yoy. Adapun, BTN Syariah telah meraup aset Rp48,41 triliun, naik 17,26% yoy.
Sumber Bisnis, edit koranbumn