PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk akan menjadi tulang punggung dalam mendorong digitalisasi di perusahaan-perusahaan badan usaha milik negara (BUMN).
Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wiroatmodjo mengatakan bahwa tantangan terberat dalam mendorong digitalisasi di BUMN adalah membangun budaya digital. Sumber daya manusia yang tersedia harus mampu beradaptasi dengan teknologi.
Kartika menuturkan Telkom akan menjadi pusat yang menjembatani gap teknis dan nonteknis dalam digitalisasi BUMN. Sejumlah perusahaan BUMN yang kesulitan menerapkan digitalisasi – karena faktor SDM terbatas, penggunaan teknologi yang rumit dan lain sebagainya – dapat bekerja sama dengan Telkom.
“Dengan adanya digital HUB di Telkom, perusahaan-perusahaan yang dari sisi sumbernya terbatas, bisa memanfaatkan pusat ini sehingga mereka tidak harus merekrut pengembang [aplikasi] dan mengembangkan aplikasi sendiri, mereka bisa memanfaatkan HUB Telkom,” kata Kartika dalam acara diskusi virtual Money Talks, Rabu (25/11/2020).
Di luar negeri, sejumlah pertanian, telah menggunakan perangkat Internet of Things (IoT) dan pesawat nirawak (drone) untuk mengelola lahan pertanian sehingga ongkos yang dikeluarkan lebih efisien.
Kementerian BUMN mencoba meniru dan menerapkannya pada PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI). Saat ini penggunaan IoT di sana masih dalam tahap uji coba. Kartika optimistis pada tahun depan RNI sudah dapat menerapkan IoT untuk pengelolaan pertanian.
Dengan menggunakan IoT, kata Kartika, produksi dari RNI dapat meningkat dengan pesat. Sayangnya, Kartika tidak menyebutkan peningkatan tersebut.
Selain pengembangan secara langsung di perusahaan milik BUMN, dalam mendorong digitalisasi, Kementerian BUMN juga memanfaatkan perusahaan modal ventura yang terafiliasi dengan BUMN.
Melalui BRI Ventures – anak usaha Bank BRI yang fokus dalam pendanaan perusahaan rintisan – Kementerian BUMN menggandeng perusahaan rintisan Tanihub, untuk membuat jalur distribusi penyaluran hasil tani menjadi lebih pendek.
Petani tidak perlu menyerahkan hasil taninya ke tengkulak, cukup mengunduh fotonya di aplikasi maka akan langsung terhubung dengan pasar atau pemesan.
“Dengan Covid-19 ini mengambil langsung dari platform dagang el. Jadi, jika dahulu ibu-ibu beli sayur di pasar, sekarang aplikasi saja,” kata Kartika.
Dia menjelaskan sektor lainnya yang akan didorong untuk digitalisasi adalah sektor logistik, dalam hal ini adalah PT Pos Indonesia (Persero). Selama ini sistem logistik belum terintegrasi sehingga untuk mengirimkan barang dibutuhkan banyak moda transportasi.
Dengan digitalisasi melalui platform, menurutnya, sistem logisitik akan makin baik dan terintegrasi sehingga biaya pengiriman makin murah dan lebih efisien.
“Kita harapkan jika bisa diintegrasi secara nasional, ini pemain utamanya adalah PT Pos, diharapkan ke depan ketika masyarakat mau berdagang customer to customer [C2C] maka bisa menggunakan platform ini,” kata Kartika.
Sumber Bisnis, edit koranbumn