PT Waskita Beton Precast Tbk. (WSBP) membidik nilai kontrak baru sekitar Rp2,6 triliun pada 2026.
Anak Agung Gede Sumadi, Direktur Utama Waskita Beton, menyampaikan prospek bisnis perseroan ke depan fokus pada bisnis inti sebagai produsen beton pracetak. Lini bisnis itu menyumbang pendapatan terbesar bagi perseroan.
“Pada 2026, WSBP menargetkan Nilai Kontrak Baru (NKB) kurang lebih Rp2,6 triliun dari sektor beton pracetak, beton readymix, jasa konstruksi, dan sewa alat,” paparnya dalam laporan hasil public expose, dikutip Jumat (12/12/2025).
Untuk mendorong kinerja, lanjut Sumadi, WSBP menerapkan beberapa strategi. Pertama, pendekatan ke proyek pemerintah dan swasta yang saat ini menyumbang komposisi perolehan nilai kontrak perseroan hampir 65% ada di sektor eksternal.
Kedua, membidik seluruh proyek yang ada di PT Waskita Karya (Persero) Tbk. sebagai holding perusahaan, diserap oleh WSBP sekitar 35%.
Ketiga, WSBP membuat organisasi lebih lean sehingga lebih kompetitif dalam hal persaingan dan juga meningkatkan upaya-upaya kualitas produk dan kerja untuk bisa memberikan daya saing kepada kompetitor.
Keempat, mengupayakan implementasi tata kelola dalam menjalankan bisnis agar lebih prundent dengan regulasi yang dimiliki dan prosedur yang dipunyai selama ini.
Kepala Divisi Corporate Secretary WSBP Fandy Dewanto menambahkan proyeksi nilai kontrak baru (NKB) sebesar Rp2,6 triliun pada 2026 mencerminkan pertumbuhan moderat. Hingga November 2025, WSBP mencatatkan NKB sebesar Rp1,36 triliun. Lini bisnis Beton Precast masih memiliki NKB tertinggi yaitu 41% kemudian diikuti dengan lini bisnis Konstruksi yaitu sebesar 35%.
Fandy menambahkan target NKB itu sejalan dengan fokus anggaran yang mengalami pergeseran dibandingkan dengan periode sebelumnya. Menurutnya, NKB Waskita Beton ditargetkan akan bertumbuh 15%-20% dari prognosa kontrak di akhir 2025.
Adapun, proyek-proyek yang ditargetkan pada 2026 mencakup infrastruktur konektivitas, seperti jalan tol, infrastruktur kereta api (MRT dan LRT), Giant Sea Wall sudah berpartisipasi dalam proyek NCICD di Jakarta. Selain itu, infrastruktur pendidikan diharapkan masih ada lanjutan proyek Sekolah Rakyat dan juga bangunan pendidikan lain.
“WSBP juga memproyeksikan pendapatan proyek baru dari pemerintah lainnya baik Kementerian PU maupun Kementerian teknis lain.”
Selain itu, WSBP juga membidik NKB dari proyek-proyek IKN. Untuk saat ini, proyek yg sedang dikerjakan WSBP di IKN yang masih merupakan wilayah cakupan area penjualan 4 memiliki nilai kontrak dikelola sebesar Rp191 miliar.
Beberapa proyek yang dikerjakan adalah jalan dalam KIPP dan pembangunan IPAL paket 1, 2, 3 di KIPP.
Fandy menambahkan beberapa kontraktor BUMN baru saja menandatangani kontrak untuk beberapa paket pembangunan gedung legislatif dan yudikatif di IKN. Saat ini, WSBP sedang berproses untuk menawarkan produk beton precast dan beton readymix untuk disuplai ke proyek-proyek tersebut.
Itung Prasaja, Direktur Operasi WSBP, menambahkan sampai dengan saat ini sudah terdapat beberapa kontrak baru yang sedang dilakukan tender untuk proyek IKN dengan nilai berkisar Rp4 triliun—Rp5 triliun.
“WSBP sudah menargetkan untuk mengikuti beberapa tender dengan estimasi target sekitar Rp100 miliar.”
Pada akhir 2025, Direktur Keuangan, Manajemen Risiko & Legal WSBP Fathul Anwar menyampaikan proyeksi pendapatan usaha perseroan sebesar Rp1,5 triliun. Namun, bottom line dan ekuitas diestimasi masih negatif pada akhir tahun ini.
“Pada tahun depan, WSBP memproyeksikan pendapatan usaha mencapai Rp2,1 triliun, dengan posisi bottom line dan ekuitas masih negatif.”
Sumber Bisnis, edit koranbumn













