PT Waskita Beton Precast Tbk. optimistis dapat memperbaiki kinerja seiring dengan besarnya potensi pembayaran dan penyelesaian proyek yang bergeser ke tahun ini.
Sekretaris Perusahaan Waskita Beton Precast Siti Fathia Maisa Syafurah mengatakan bahwa tahun ini perseroan optimistis dapat mencapai target pendapatan usaha sebesar Rp10 triliun.
“Tahun ini kami akan fokus untuk meningkatkan pasar eksternal. Kami menargetkan pendapatan usaha sebesar Rp10 triliun, sedangkan laba bersih Rp1,1 triliun,” katanya kepada Bisnis.com, Selasa (10/3/2020).
Dibandingkan realisasi pendapatan pada 2019 sebesar Rp7,46 triliun, target yang ditetapkan pada tahun ini meningkat sekitar 33,39 persen. Sementara itu, target laba tercatat lebih tinggi 36,45 persen dibandingkan torehan laba pada 2019 yang mencapai Rp806,14 miliar.
Pada tahun ini perseroan menargetkan dapat membukukan kontrak baru sebesar Rp11,9 triliun. Dari target kontrak tersebut, sebanyak Rp5,89 triliun di antaranya ditargetkan akan berasal dari pihak eksternal. Target nilai kontrak eksternal dan internal mengalami peningkatan sekitar 50 persen.
Sementara itu, pada 2019 perseroan membukukan kontrak sebesar Rp7,03 triliun. kontribusi kontrak eksternal mencapai 63,2 persen pada tahun lalu, meningkat dari 36 persen pada tahun sebelumnya. Adapun, berdasarkan nilainya, kontrak eksternal tahun lalu meningkat 83,01 persen secara tahunan.
Kendati raihan kontrak baru ada tahun lalu cukup tinggi, hal ini tidak diikuti dengan peningkatan pendapatan emiten berkode saham WSBP ini. Pada 2019, pendapatan perseroan justru menurun 6,66 persen secara tahunan.
Fathia menjelaskan, penurunan pendapatan ini disebabkan oleh mundurnya pengerjaan beberapa proyek yang semestinya rampung pada tahun lalu. Hal ini, lanjutnya, membuat pendapatan perseroan ikut turun menjadi Rp7,46 triliun pada tahun lalu.
Penundaan penyelesaian proyek juga berpengaruh terhadap arus kas operasi pada tahun lalu. Kas bersih yang diperoleh dari aktivitas investasi perseroan pada 2019 tercatat sebanyak Rp26,26 miliar, turun 98,56 persen secara tahunan. Salah satu pemicunya adalah penurunan arus kas penerimaan dari pelanggan.
“Hal ini disebabkan oleh penerimaan pembayaran beberapa proyek yang diproyeksikan didapat pada 2019 mundur ke 2020,” ujarnya.
Meski begitu, raihan laba yang dicatatkan perseroan pada tahun lalu mengalami penurunan yang lebih dalam dibandingkan penurunan pendapatan. Laba bersih per akhir 2019 tercatat Rp806,14 miliar, turun 26,94 persen secara tahunan.
Dia menjelaskan, penurunan laba tersebut disebabkan oleh lebih banyaknya proyek-proyek eksternal yang dikerjakan pada 2019. Menurutnya, kontrak eksternal memberikan margin laba yang lebih rendah dibandingkan kontrak internal.
“Laba turun lebih dalam [dibandingkan karena proyek-proyek 2019 lebih banyak eksternal, sehingga margin yang didapatkan lebih kecil,” ujarnya.
Untuk rencana ekspansi bisnis tahun ini, perseroan akan menganggarkan belanja modal sekitar Rp390 miliar. Jumlah ini tercatat lebih rendah dibandingkan realisasi belanja modal 2019 yang mencapai Rp925,75 miliar. Dia menjelaskan alokasi lebih rendah pada 2020 disesuaikan dengan kebutuhan perseroan yang tidak banyak membangun pabrik baru seperti yang dilakukan sepanjang 2 tahun sebelumnya. Perseroan akan lebih berfokus pada penyelesaian beberapa pabrik serta pengembangan infrastruktur informasi teknologi
Sumber Bisnis, edit koranbumn