Emiten kontraktor pelat merah yang memiliki lini bisnis properti terus memperkuat posisi di pasar untuk ikut mendapatkan berkah pemulihan ekonomi pada 2021.
Baru-baru ini, PT Waskita Karya (Persero) Tbk. mengumumkan proyeksi potensi pengembangan bisnis dalam beberapa tahun ke depan sekitar Rp92 triliun. Di dalamnya, terdapat proyek properti yang dikembangkan entitas anak yaitu PT Waskita Realty lewat Waskita Modern Realti (Jawa Barat).
“Dalam hal ini Waskita Realty bermitra dengan Grup Modern Land akan mengembangkan kawasan seluas 600 hektare yang akan diperuntukan sebagai hunian dan commercial center,” kata Direktur Utama Waskita Karya Destiawan Soewardjono, pekan lalu.
Sebelumnya, Presiden Direktur PT Waskita Modern Realti menyebut di lahan itu akan dibangun rumah tapak lengkap dengan fasilitas umum dan sosial yang memeadai untuk menyasar pasar menengah ke bawah.
Dari laman resmi Waskita Realty, sejauh ini perseroan memiliki portofolio proyek properti di Medan, Bandung, Makassar, Denpasar, Surabaya, dan tak terkecuali wilayah Jabodetabek.
Adapun, secara garis besar fokus emiten berkode saham WSKT tersebut dalam lima tahun ke depan masih dominan ke proyek infrastruktur, konektivitas, dan pipanisasi dengan nilai proyek sekitar Rp49 triliun.
Selain itu, potensi proyek di Kalimantan Timur dan Sulawesi untuk infrastruktur konektivitas dan EPC diperkirakan mencapai Rp20 triliun. Sementara potensi ekspansi ke pasar luar negeri diharapkan mencapai Rp71 triliun a.l. ke wilayah Timur Tengah, Afrika, Asia Tenggara, dan Asia Selatan.
Per Oktober 2020, WSKT membukukan kontrak baru senilai Rp15 triliun yang berasal dari pembangunan jalan tol, bendungan, irigasi, perkuatan pantai, sistem pengolahan limbah, dan gedung.
Tak hanya WSKT, PT Adhi Karya (Persero) Tbk. juga telah bersiap dengan sejumlah portofolio properti TOD (Transit Oriented Development) seiring dengan selesainya proyek light rail transit (LRT) Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi pada 2021.
Direktur Keuangan Adhi Karya A. A. Gede Agung Dharmawan mengatakan rampungnya proyek LRT Jabodebek diharapkan memberi manfaat ke bisnis TOD milik perseroan yang asetnya berada di sepanjang jalur LRT.
“Proyek yang kami harapkan mendapat manfaatnya yaitu TOD yang sudah kami miliki di sepanjang jalur tersebut. Jadi kami sudah memiliki beberapa TOD,” kata Agung.
Adapun konsep TOD merupakan pengembangan properti yang menempel atau dekat dengan simpul transportasi dalam hal ini stasiun kereta.
TOD bertujuan mengurangi jarak dari simpul transportasi dengan hunian untuk meminimalisir penggunaan kendaraan pribadi.
Dalam catatan Bisnis, BUMN merupakan perusahaan yang paling gencar berekspansi dalam pembangunan properti berkonsep TOD di sejumlah daerah.
Adhi Karya melalui anak usahanya PT Adhi Commuter Properti pun telah memiliki 12 proyek properti berkonsep TOD dengan tajuk LRT City. Adapun total luas lahan pengembangan sebesar lebih dari 170 hektar dengan lebih dari 56.000 unit apartemen.
Dari 12 titik tersebut, lanjut Agung, sebanyak 4 LRT City akan diserahterimakan pada tahun ini yaitu LRT City MTH (MTH27 Office Suites), LRT City Sentul (Royal Sentul Park), LRT City Jatibening (Gateaway Park), dan LRT City Bekasi (Eastern Green).
Adapun, penjualan apartemen di 4 titik itu diklaim sudah lebih dari 60 persen dan siap dilakukan serahterima pada Desember 2020.
Dalam perkembangan terpisah, ADHI melaporkan perolehan kontrak baru senilai Rp7,5 triliun per Oktober 2020.
Sekretaris Perusahaan Parwanto Noegroho mengatakan perolehan tersebut naik 20,8 persen dibandingkan nilai kontrak baru yang didapatkan pada bulan sebelumnya yang senilai Rp6,2 triliun di luar pajak.
Berdasarkan lini bisnis, Parwanto menunjukkan kontribusi bisnis konstruksi dan energi paling dominan sebesar 90 persen diikuti properti sebesar 9 persen dan sisanya dari lini bisnis lainnya.
Sumber Bisnis, edit koranbumn