Emiten kontraktor PT Waskita Karya (Persero) Tbk. melunasi obligasi yang jatuh tempo pada hari ini, Jumat (16/10/2020), senilai Rp1,15 triliun.
Sekretaris Perusahaan Waskita Karya Ratna Ningrum menyampaikan bahwa dana pelunasan surat utang itu sudah efektir masuk ke PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada Kamis (15/10/2020).
“Dana sudah kami sampaikan ke KSEI dan sudah efektif untuk dapat didistribusikan kepada para pemegang obligasi,” kata Ratna dalam keterangan resmi, Jumat (16/10/2020).
Obligasi Berkelanjutan I Tahap II Tahun 2015 Seri B milik emiten berkode saham WSKT itu jatuh tempo pada 16 Oktober 2020 senilai Rp1,15 triliun.
Adapun, kupon obligasi tersebut sebesar 11,10 persen dan mendapat peringkat idBBB+ dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo).
Obligasi ini merupakan surat utang yang kedua yang jatuh tempo pada bulan ini. Sebelumnya, WSKT juga telah melunasi Obligasi Berkelanjutan III Tahap I Tahun 2017 Seri ke-12 senilai Rp1,43 triliun yang jatuh tempo pada 6 Oktober 2020.
Dengan demikian, bulan ini WSKT telah mengeluarkan dana hingga Rp2,52 triliun untuk melunasi obligasi yang jatuh tempo.
Ratna menyebut dana pelunasan surat utang diambil dari kas internal perseroan dan fasilitas pinjaman perbankan.
Adapun, emiten kontraktor pelat merah ini telah menyiapkan sejumlah strategi untuk meminimalisir risiko likuiditas dan meningkatkan kemampuan finansial ketika pandemi tak kunjung berakhir.
Ratna mengatakan bahwa perseroan menerapkan beberapa program prioritas untuk menjaga likuiditas tetap ample.
“Melakukan akselerasi penagihan pembayaran termin proyek serta pengembalian dana talangan tanah, mengoptimalkan belanja modal sekitar 45 persen, serta melakukan beban operasional lebih dari 20 persen,” kata Ratna
WSKT menargetkan bakal menerima pembayaran termin proyek senilai Rp13 triliun hingga Rp14 triliun pada kuartal terakhir tahun ini.
Tak hanya itu, perseroan menyebut akan terus fokus pada pelaksanaan proses divestasi beberapa ruas tol. Dari divestasi ini, WSKT membidik total kas masuk hingga Rp7 triliun – Rp8 triliun.
Sumber Bisnis, edit koranbumn