PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) mencatatkan pendapatan senilai Rp 21,48 triliun sepanjang tahun 2022. Jumlah ini tumbuh 20,16 persen year on year (yoy) dari sebelumnya sebesar Rp 17,80 triliun pada tahun 2021.
Melansir laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (27/3/2023), pendapatan emiten badan usaha milik negara (BUMN) bidang konstruksi ini dikontribusikan oleh penjualan di segmen infrastruktur dan gedung sebesar Rp 12,09 triliun dan segmen industri Rp 7,02 triliun. Kemudian, penjualan di segmen energy and industrial plant sebesar Rp 3,87 triliun, realty and property sebesar Rp 291,21 miliar, investasi sebesar Rp 190,46 miliar, serta hotel sebesar Rp 708,17 miliar.
Setelah itu, berbagai pendapatan tersebut dikurangi eliminasi sebesar Rp 2,71 triliun. Sehingga pendapatan WIKA sepanjang 2022 tercatat sebesar Rp 21,48 triliun.
Namun demikian, seiring kenaikan pendapatan, perseroan mencatatkan beban pokok pendapatan yang meningkat menjadi Rp 19,27 triliun, dari sebelumnya sebesar Rp 16,11 triliun pada 2021. Kemudian, beban penjualan tercatat sebesar Rp 4,76 miliar, beban umum dan administrasi sebesar Rp 722,17 miliar, serta beban lain- lain sebesar Rp 1,71 triliun.
Pada sisi lain, perseroan berhasil mencatatkan penghasilan lain-lain sebesar Rp 1,55 triliun. Dengan itu, laba usaha Wijaya Karya sepanjang tahun 2022 terkumpul Rp 1,71 triliun.
Lebih lanjut, WIKA masih mencatatkan beban keuangan sebesar Rp 1,37 triliun, beban pajak penghasilan sebesar Rp 374,56 miliar, bagian rugi entitas asosiasi sebesar Rp 99,35 miliar, serta bagian laba entitas ventura bersama sebesar Rp 306,72.
Dengan berbagai catatan tersebut, laba sebelum pajak penghasilan yang dibukukan oleh BUMN konstruksi ini sebesar Rp 176,08 miliar. Pada akhirnya, tingginya berbagai beban tersebut menyebabkan WIKA masih mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 59,59 miliar hingga akhir tahun 2022, atau berbanding terbalik dari sebelumnya mencatat laba bersih Rp 117,6 miliar pada tahun 2021.
Sehingga, laba per saham dasar WIKA ikut tercatat minus 6,64 atau berbanding terbalik dari tahun lalu yang tercatat 13,12 per saham dasar. Hingga akhir 2022, perseroan mencatatkan liabilitas Rp57,57 triliun, sedangkan ekuitas tercatat sebesar Rp 17,49 triliun, sehingga total aset perseroan tercatat sebesar Rp 75,06 triliun.
sumber : Antara, Republika