PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WEGE) meraih laba bersih sebesar Rp 156,35 miliar pada tahun lalu. Capaian itu setara dengan 113% dari target RKAP (revisi) tahun 2020 yang sebesar Rp 138,51 miliar.
Direktur Utama WEGE, Nariman Prasetyo menerangkan, WEGE juga mencatatkan total aset sebesar Rp 6,08 triliun, total seebsar Rp 2,19 triliun, dengan kas dan setara kas positif sebesar Rp 1,51 triliun atau 104% dibandingkan pencapaian tahun 2019 yang sebesar Rp 1,46 triliun
Terkait cash flow, per 31 Desember 2020 WEGE membukukan arus kas dari aktivitas operasi sebesar Rp 101,48 miliar yang berasal dari pencairan piutang serta pembayaran uang muka dari pelanggan. Arus kas positif tersebut dapat menopang kegiatan operasional dan pencapaian target WEGE.
Dari pencapaian kinerja tersebut, sambung Nariman, WEGE juga memiliki tingkat likuiditas yang sehat yang dapat ditunjukkan dengan Current Ratio sebesar 1,49 (kali). Dia bilang, pencapaian WEGE atas kinerja keuangan ini mencerminkan fundamental WEGE yang sehat dan terus tumbuh, serta perwujudan komitmen WEGE terhadap stakeholder.
“Pandemi Covid 19, menyebabkan perlambatan di hampir seluruh sektor usaha, termasuk bisnis konstruksi gedung yang berimbas pada penurunan dan mundurnya tender-tender di tahun 2020. Komitmen kami fokus pada peningkatan laba perusahaan salah satunya melalui pengelolaan keuangan terutama biaya serta mengendalikan kontrak-kontrak yang diperoleh melalui efisiensi pengendalian secara berjenjang, sentralisasi serta inovasi,” ujar Nariman lewat keterangan tertulis yang diterima Kontan.co.id, Senin (15/3).
Pada tahun ini, WEGE menargetkan perolehan kontrak dihadapi (order book) sebesar Rp 15,52 triliun atau naik 7,02% dari realisasi RKAP 2020 sebesar Rp 14,50 triliun. Target Kontrak Dihadapi tersebut terdiri dari target kontrak baru (new contract) Rp 4,22 triliun dan carry over sebesar Rp 11,30 triliun.
Sedangkan target kontrak baru 2021 sebesar Rp 4,22 triliun naik 39,06% dari realisasi kontrak baru 2020 sebesar Rp 3,04 triliun. Komposisi perolehan kontrak baru 2021 direncanakan berasal dari pemerintah 44%; BUMN/BUMD 19%; dan swasta 37%. “Dari komposisi tersebut, menunjukkan bahwa WEGE fokus pada proyek-proyek yang memiliki pendanaan yang kuat, jelas dan independen,” ungkap Nariman.
Sementara target penjualan (termasuk penjualan joint operation /JO) 2021 sebesar Rp 3,84 triliun naik 5,84% dari realisasi RKAP 2020 Rp 3,62 triliun, dengan target laba bersih mencapai Rp 231,67 miliar atau naik 48,17% dari realisasi Laba Bersih 2020 Rp 156,35 miliar.
Hingga akhir Februari 2021 capaian Kontrak Baru WEGE mencapai Rp 501,95 miliar atau 11,88% dari target Kontrak Baru tahun 2021 sebesar Rp 4,22 triliun. Dari perolehan tersebut realisasi kontrak dihadapi (order book) hingga Februari 2021 menjadi Rp 11,35 triliun atau telah mencapai 73,14% dari target Order Book tahun 2021 sebesar Rp 15,52 triliun.
“Kami optimis target kontrak baru 2021 sebesar Rp 4,22 triliun dapat tercapai, dengan implementasi langkah-langkah strategis baik dari sisi pengembangan usaha, pemasaran, operasional, dan keuangan,” jelas Nariman.
Capaian kontrak baru yang telah diperoleh tersebut antara lain Apartemen Kyo Society Surabaya, Rumah Dinas TNI AD (JO), SHE Fasilitas Proyek Unjani, Display Proyek Batang, Ruang Meeting Unjani, Proyek Belawan, Rumah Duka Grand Heaven, dan Hotel Cirebon.
Komposisi perolehan kontrak baru tersebut terdiri dari proyek pemerintah 56%, BUMN 0,2% dan swasta 44% dengan tipe proyek yakni office 6%, commercial 12% dan residential 81%.
Untuk pengembangan bisnis di tahun 2021, WEGE menggelontorkan belanja modal (capital expenditure) sebesar Rp 301,07 miliar, yang diperuntukkan untuk capital employed, investasi aktiva tetap dan aktiva tidak berwujud.
“Kelangsungan bisnis perusahaan di tahun 2021 tetap dapat berjalan dengan baik karena WEGE memiliki proyek-proyek carry over sebesar Rp 11,30 triliun yang dapat kami kerjakan di tahun ini,” tambah Nariman.
Untuk menghadapi kondisi ekonomi dan bisnis di tahun 2021, imbuhnya, WEGE menerapkan berbagai strategi, baik pada tingkatan operasional, pemasaran, pengembangan dan strategi keuangan.
“Beberapa strategi tersebut antara lain world class standard di bidang implementasi QSHE, fokus pada quality & safety, transformasi digital pada semua fungsi, masuk pasar premium, selektif dalam pemilihan pelanggan/partner dan pengembangan usaha backward,” pungkas Nariman.
Sumber KOntan, edit koranbumn