Emiten kontraktor pelat merah PT Wijaya Karya Tbk. (WIKA) menyiapkan restrukturisasi keuangan tahap kedua seiring menurunnya pendapatan dan utang berbunga yang sudah mencapai Rp29 triliun per kuartal III/2025.
Direktur Utama WIKA Agung Budi Waskito mengatakan restrukturisasi tahap kedua akan disusun berdasarkan kondisi riil kontrak dan kewajiban perseroan. Langkah ini menjadi kelanjutan dari restrukturisasi awal pada 2024.
Tahun lalu, emiten BUMN Karya ini dan sejumlah lembaga keuangan telah merampungkan master restructuring agreement (MRA) dengan nilai outstanding Rp20,79 triliun.
Namun, kontraksi kinerja keuangan pada tahun ini, membuat WIKA tidak mampu membayar sejumlah kewajiban. Hingga kuartal III/2025, pendapatan WIKA turun 27,54% year on year (YoY) menjadi Rp9,09 triliun.
“Karena pendapatan WIKA turun, sehingga memang tidak mempunyai cukup cash-in untuk membayar kewajiban-kewajiban yang ada di tahun 2025,” ucap Agung dalam paparan publik virtual, Rabu (12/11/2025).
Oleh karena itu, restrukturisasi lanjutan akan menjadi salah satu pilar transformasi WIKA pada 2026. Selain restrukturisasi, emiten BUMN Karya ini juga berencana melakukan asset recycling serta memperkuat efisiensi.
“Memang kami sedang merencanakan bagaimana restrukturisasi keuangan yang komprehensif. Artinya, kami akan melakukan tahap kedua yang lebih baik berdasarkan daripada realita kontrak yang dihadapi WIKA,” kata Agung.
Dia mengungkapkan bahwa nilai outstanding utang berbunga perseroan saat ini mencapai sekitar Rp29 triliun. Nilai tersebut terdiri atas utang ke perbankan senilai Rp19 triliun dan obligasi serta sukuk sebesar Rp10 triliun.
Direktur Keuangan WIKA Sumadi menambahkan bahwa perseroan masih mengkaji opsi restrukturisasi yang paling sesuai dengan kondisi saat ini. Salah satunya adalah menerapkan skema MRA dengan perbankan.
“Kami setidaknya mengkaji apakah kami akan melakukan restrukturisasi yang seperti apa. Namun, memang ada potensi dengan kondisi yang ada sekarang WIKA akan melakukan MRA lagi dengan perbankan,” tutur Sumadi.
Dia menyebut koordinasi dan konsultasi dengan Danantara juga terus berjalan untuk mendapatkan dukungan dalam menghadapi kondisi keuangan saat ini.
Sementara itu, terkait obligasi dan sukuk, Sumadi mengatakan restrukturisasi juga tengah dipertimbangkan. Beberapa RUPO dan RUPSU telah digelar, dengan perseroan meminta persetujuan penangguhan kewajiban tertentu.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Sumber Bisnis, edit koranbumn
















