Sejarah BRI
Tahun 1895 menjadi momentum bersejarah dari sebuah kota kecil di daerah Jawa Tengah bernama Purwokerto lahir cikal bakal Bank Terbesar milik Pemerintah Republik Indonesia. Rintisan Raden Bei Aria Wirjaatmadja berawal tergerak hatinya dan berniat menolong masyarakat memberi bantuan pinjaman dengan bunga rendah untuk melunasi hutang terjerat rentenir menggunakan uang kas masjid untuk dengan skema sederhana .Namun, belakangan diketahui ternyata banyak juga priyayi pribumi memiliki masalah yang sama.
Niat dan kegiatan Raden Bei Aria Wirjaatmadja diketahui oleh atasan Asisten Residen (E. Sieburgh) sehingga melarang penggunaan kas masjid selain untuk keperluan mesjid. Atas peristiwa itu terbitlah surat resmi mendirikan lembaga keuangan yang melayani orang-orang berkebangsaan Indonesia (pribumi) nama De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden atau “Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi Purwokerto”,(Bank bantuan dan Simpanan Milik pegawai Pangreh Praja Berkebangsaan Pribumi)
Pada tanggal 16 Desember 1895 Hulp en Spaarbank der Inlandsce Bestuurs Ambtenaren (Bank bantuan dan Simpanan Milik pegawai Pangreh Praja Berkebangsaan Pribumi) beroperasi pertama kali.
Tak hanya menjadi sejarah,rintisan Raden Bei Aria Wirjaatmadja ternyata terus berkembang. Pada masa pra-kemerdekaan sebenarnya banyak juga bank-bank yang bermunculan di daerah seperti N.V. De Batakscche Bank di tahun 1937 atau Vereeniging Minangkabau di tahun 1917, tetapi tidak berkembang.
Terus Berkembangnya ‘Bank Priyayi’ hingga di masa kemerdekaan maka Pemerintah berdasarkan PP No. 1 tahun 1946 menjadikan Bank Rakyat Indonesia (BRI) menjadi bank pertama milik pemerintah. Kegiatan BRI sempat terhenti pada masa perang mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1948. Operasional BRI baru mulai aktif kembali setelah perjanjian Renville pada tahun 1949 dengan berubah nama menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat.
Pemerintah pada tahun 1960 mengeluarkan PERPU No. 41 tahun 1960 dibentuklah Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) yang merupakan peleburan dari BRI, Bank Tani Nelayan dan Nederlandsche Maatschappij (NHM). Kemudian berdasarkan Penetapan Presiden (Penpres) No. 9 tahun 1965, BKTN diintegrasikan ke dalam Bank Indonesia dengan nama Bank Indonesia Urusan Koperasi Tani dan Nelayan.
Setelah berjalan selama satu bulan, keluar Penpres No. 17 tahun 1965 tentang pembentukan bank tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia. Dalam ketentuan baru itu, Bank Indonesia Urusan Koperasi, Tani dan Nelayan (eks BKTN) diintegrasikan dengan nama Bank Negara Indonesia unit II bidang Rural, sedangkan NHM menjadi Bank Negara Indonesia unit II bidang Ekspor Impor (Exim).
Berdasarkan Undang-Undang No. 14 tahun 1967 tentang Undang-undang Pokok Perbankan dan Undang-undang No. 13 tahun 1968 tentang Undang-undang Bank Sentral, yang intinya mengembalikan fungsi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dan Bank Negara Indonesia Unit II Bidang Rular dan Ekspor Impor dipisahkan masing-masing menjadi dua Bank yaitu Bank Rakyat Indonesia dan Bank Ekspor Impor Indonesia. Selanjutnya berdasarkan Undang-undang No. 21 tahun 1968 menetapkan kembali tugas-tugas pokok BRI sebagai bank umum.
Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-Undang Perbankan No. 7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 status BRI berubah menjadi perseroan terbatas. BRI mengubah status hukumnya menjadi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) berdasarkan Undang-Undang Perbankan No. 7 Tahun 1992, Kepemilikan BRI masih 100 % di tangan Pemerintah Republik Indonesia.
Pada tahun 2003, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk menjual 30% saham bank ini yang sekarang berada di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 10 November 2003, dengan saham kode BBRI, sehingga menjadi perusahaan publik dengan nama resmi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.,
Jejak sejarah dan perubahan Bank Rakyat Indonesia yang sangat panjang, menjadikan tanggal 16 Desember 1895 Hulp en Spaarbank der Inlandsce Bestuurs Ambtenaren menjadi kelahiran PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (“BRI”, “Bank”, atau “Perseroan”), tanggal pendirian bank tersebut pada 16 Desember 1895, dijadikan sebagai hari kelahiran atau hari jadi BRI.
Profil Bank Rakyat Indonesia ( BRI )
Sejak berdirinya, BRI secara konsisten berfokus pada usaha mikro, kecil dan menengah (UKM), dan menjadi pelopor keuangan mikro di Indonesia.Komitmen BRI,didukung pengalamannya dalam memberikan layanan perbankan serta terus berinovasi dan mengembangkan produk dan layanan perbankan, telah menjadikan bank yang paling menguntungkan dalam 11 tahun berturut-turut dan menjadi salah satu Institusi Micro Banking terbesar di dunia.
Manajemen BRI merespon setiap perkembangan di masyarakat dan dunia usaha melalui inovasi, salah satunya adalah pengembangan teknologi. Pada tahun 2013, menjadikan BRI yang pertama memberikan swalayan perbankan di Indonesia melalui BRI Hybrid Banking. Berlanjut di tahun 2015, BRI meluncurkan Teras BRI Kapal, layanan perbankan terapung laut pertama di dunia serta wujud komitmen BRI juga membawa layanan perbankan berbasis teknologi ke setiap penjuru negeri, bahkan ke pulau-pulau kecil di nusantara Catatan sejarah baru di dunia perbankan dunia dicatatkan BRI menjadi bank pertama di dunia yang memiliki dan mengoperasikan satelitnya sendiri pada tanggal 18 Juni 2016 18:38 waktu Kourou, Guyana Prancis.
BRI meluncurkan BRIsat sebagai bagian dari rencana strategis BRI untuk memperkuat infrastruktur pendukung layanan digital masa depan, yang dapat menawarkan teknologi perbankan berkualitas dari pusat kota ke pelosok negeri. BRIsat merupakan satelit kelima yang diluncurkan oleh Arianespace bagi operator satelit Indonesia dan dimanufaktur oleh Space Systems/Loral, memiliki transponder C-band dan Ku-band. BRIsat akan menyediakan sarana komunikasi yang terpercaya untuk lebih dari 9.800 kantor BRI dan lebih dari 100.000 outlet e-channel yang tersebar di seluruh Indonesia.
Satelit ini memiliki umur desain lebih dari 15 tahun, di orbitkan posisi 150.5° BT, Untuk mendukung pertumbuhan pasar dan beragamnya kebutuhan masyarakat akan produk dan layanan perbankan, BRI menjabarkan segmen bisnisnya menjadi: Bisnis Mikro dan Program, Bisnis Ritel, Bisnis Korporasi, Bisnis Internasional, Perbendaharaan dan Jasa Penunjang Pasar Modal, serta anak perusahaan yang fokus pada bisnis Perbankan Syariah, Agribisnis, Remitansi, Asuransi dan Pembiayaan.
BRI terus memperluas jaringannya. Untuk memperkuat eksistensi bisnisnya di arena global, tahun 2015 BRI membuka kantor cabang luar negeri di Singapura, mengikuti unit luar negeri yang ada, seperti BRI New York Agency, Cabang BRI Cayman Island, Kantor Perwakilan Hong Kong, dan BRI Remittance Hong Kong.
Strategi korporasi dan rencana kerja merupakan bagian dari usaha BRI dalam memberikan layanan perbankan yang lengkap kepada nasabahnya, terutama sektor UKM. BRI terus meningkatkan kapasitas berdampak turut mendorong ekonomi nasional dan membawa kemakmuran yang lebih besar bagi negara ini, antara lain pembentukan anak perusahaan yaitu PT Bank BRISyariah (BRI Syariah) PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (BRI Agro) BRI Remittance Company Ltd (BRI Remittance) PT Asuransi Bringin Jiwa Sejahtera (BRI Life) PT BRI Multifinance Indonesia (BRI Finance Hingga akhir September 2017, Bank BRI tercatat memiliki 10.660 jaringan kantor konvensional serta 357.679 jaringan kerja e-channel yang terdiri dari ATM, EDC, CRM dan e-buzz. Guna memberikan pelayanan terbaik bagi nasabah, BRI meningkatkan jumlah mesin ATM lebih dari 24.000 unit serta jumlah EDC lebih dari 257.000 unit. Jaringan E-channel yang tersebar di seluruh Indonesia merupakan bukti konsistensi BRI dalam mencapai yang kemudian tidak terjangkau.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) berhasil membukukan laba bersih konsolidasi sebesar Rp20,5 triliun hingga triwulan III tahun 2017, atau tumbuh 8,2 persen dalam setahunan (year on year/ YoY) dari tahun lalu yang tercatat hanya sebesar Rp18,95 triliun. kenaikan laba tersebut didorong oleh sejumlah faktor, yakni Dana Pihak Ketiga (DPK) yang juga tumbuh double digit serta fokus perseroan untuk memperkuat bisnis transaction banking sehingga meningkatkan Fee Based Income (FBI).
Dari sisi DPK hingga akhir September 2017, DPK BRI tercatat Rp770,6 triliun atau naik 10,9 persen. Porsi dana murah atau CASA masih mendominasi DPK BRI dengan komposisi sebesar 55,4 persen.
Manajemen Perusahaan
Dewan Komisaris BRI
Komisaris Utama/Komisaris Independen : Andrinof A.Chaniago
Wakil Komisaris Utama/Komisaris : Gatot Trihargo
Komisaris Independen : A. Fuad Rahmany
Komisaris Independen : Mahmud
Komisaris Independen : A.Sonny Keraf
Komisaris Independen : Rofikoh Rokhim
Komisaris : Vincentius Sonny Loho
Komisaris : Jeffry Jefta Wurangian
Komisaris : Nicolaus Tegus Budi Harjanto
Dewan Direksi BRI
Direktur Utama: Suprajarto
Direktur Kredit Mikro dan Ritel : Priyastomo
Direktur Kredit Menengah, Korporasi dan BUMN : Kuswiyoto
Direktur Digital Banking dan Teknologi Informasi : Indra Utoyo
Direktur Jaringan dan Layanan : Mohammad Irfan
Direktur Strategi Bisnis dan Keuangan : Haru Koesmahargyo
Direktur Kepatuhan : Susy Liestyowaty
Direktur Manajemen Risiko : Donsuwan Simatupang
Direktur Hubungan Kelembagaan : Sis Apik Wijayanto
Direktur Konsumer : Handayani
Direktur Human Capital : R. Sophia Aliza
Berbagai Sumber (KoranBUMN 01)