PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk memastikan meningkatkan kualitas bisnis proses selama masa pandemi agar momentum pemulihan kinerja dapat terjadi lebih cepat.
Direktur Utama BTN Pahala Nugraha Mansury Pahala menilai pandemi menjadi momentum yang tepat untuk melakukan perbaikan mulai dari kebijakan, business process, dan layanan kepada nasabah.
Bank BTN pun berkomitmen dengan melakukan beragam pembenahan dan perbaikan dalam beberapa hal untuk memperkuat bisnisnya selama masa pemulihan ekonomi.
“Bank BTN beruntung karena 75 persen bisnisnya di segmen KPR, sekarang tinggal bagaimana kami memperbaiki business process. Krisis ini menjadi momentum yang tepat untuk memperbaiki policy, termasuk policy risk, dan kepuasan nasabah, kami tingkatkan sambil upgrading infrastructure digitalisasi, tidak hanya produk DPK tapi juga KPR,” kata Pahala dalam siaran pers, Senin (7/12/2020).
Dia melanjutkan pandemi Covid-19 telah memukul banyak sektor usaha, tak terkecuali perbankan. Hal ini menjadi tantangan bagi para bankir untuk memutar otak dan mengatur strategi melaju di tengah krisis, namun di sisi lain tetap mempertahankan kualitas asetnya untuk tetap baik.
Meski demikian, Bank BTN pada kuartal III/2020 masih dapat membukukan pertumbuhan laba sebesar 39,72 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
“Salah satu faktor yang membuat pertumbuhan bisnis Bank BTN tetap baik adalah karena sektor perumahan yang menjadi core business, merupakan sektor yang bangkitnya cukup baik, terutama karena perumahan merupakan kebutuhan dasar karena di Indonesia. Rasio sektor perumahan dari PDB nasional hanya sebesar 3 persen sehingga masih menjadi kebutuhan dasar masyarakat,” kata Pahalanya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tercatat di tengah pertumbuhan ekonomi nasional yang terkontraksi pada kuartal III/2020, yaitu -5,32 persen yoy), sektor real estate masih dapat tumbuh 2,3 persen yoy.
Dia menyampaikan hal ini menunjukkan sektor perumahan masih mampu menjadi penggerak perekonomian nasional di tengah efek pandemi Covid-19.
Di samping itu, Bank BTN sebagai penyedia jasa keuangan merupakan sektor yang tergolong moderat kemungkinan pemulihannya, sehingga memerlukan waktu antara 1 hingga 2 tahun.
“Bank BTN cukup beruntung, karena kami fokus pada perumahan. Memang ada fase di mana terjadi penurunan penyaluran kredit pada bulan April namun sudah mengalami recovery signifikan pada beberapa bulan terakhir,” kata Pahala.
Pahala tidak menampik bahwa pada masa pandemi Covid-19, perbankan dihadapkan sejumlah risiko yang disebabkan penurunan pendapatan masyarakat (debitur) di antaranya risiko kredit, risiko pasar dan risiko likuiditas.
Risiko kredit menjadi yang pertama karena sektor riil dan sektor UMKM mengalami penurunan sehingga berdampak pada kemampuan bayar debitur terhadap perbankan. Risiko lainnya adalah sektor pasar dan risiko likuiditas ternyata menurut Pahala tidak terlalu signifikan.
Sumber Bisnis, edit koranbumn