Situasi pandemi mendorong industri melakukan percepatan proses transformasi digital, tak terkecuali perusahaan-perusahaan pelat merah. Ragam BUMN dari berbagai sektor seperti PT Bank Negara Indonesia (Persero) atau BNI, PT Semen Indonesia (Persero), hingga PT Pertamina Bina Medika IHC tak ingin ketinggalan dalam transformasi digital di era pandemi.
General Manager Divisi Solusi Ritel BNI Sri Indira mengatakan BNI telah melakukan pendekatan berbeda dalam melayani nasabah melalui transformasi mobile banking. Sri menyebut pandemi mendorong sesuatu berubah dengan cepat yang mana perusahaan mau tak mau harus ikut dalam perubahan tersebut. Sri mengatakan transaksi digital merupakan peluang besar bagi BNI mengingat banyaknya jumlah penduduk Indonesia.
“Kalau kita lihat, warga Indonesia ada 275 juta, yang punya gawai ada 350 juta orang. Satu orang bisa lebih dari satu gawai. Ini mendorong kita bergerak untuk menghadapi pandemi dengan mendorong semua transaksi perbankan lewat mobile banking BNI,” ujar Sri di salah satu event marketing di Jakarta pada Rabu (9/6).
Sri mengatakan perubahan ini terjadi dengan sangat cepat. BNI pun harus ikut berubah jika tidak ingin tertinggal. Sri mengatakan jumlah pengguna mobile banking BNI saat ini sudah mencapai sembilan juta pengguna.
Transformasi serupa dilakukan holding rumah sakit BUMN. Direktur Utama PT Pertamina Bina Medika IHC Fathema Djan Rachmat mengatakan transformasi digital menjadi mutlak dilakukan dalam memberikan pelayanan maksimal bagi masyarakat, terlebih di tengah kondisi pandemi saat ini. IHC, ucap Fathema, telah memiliki layanan telemedicine atau pemakaian telekomunikasi untuk memberikan informasi dan pelayanan medis jarak-jauh. Fathema menyebut layanan telemedicine tak hanya diberikan kepada pasien Covid-19 yang tengah menjalani isolasi mandiri di rumah, melainkan juga untuk pasien noncovid.
“Pasien covid di rumah saat isolasi mandiri tetap harus dimonitor tenaga kesehatan. Kita tetap harus melakukan komunikasi lewat telemedicine hingga pengobatan ke rumah,” ucap Fathema.
Fathema menilai transformasi digital seperti juga memerlukan perubahan pola pikir dan cara kerja oleh setiap insan di IHC.
Direktur Marketing and Supply Chain Semen Indonesia Adi Munandir mengatakan, situasi pandemi memberikan tantangan bagi industri semen dalam negeri yang saat ini dihadapkan pada kelebihan kapasitas hingga 50 juta ton per tahun.
“Industri semen hari ini punya banyak tantangan, semen saat ini lebih menjadi komoditas dengan perang harga menjadi pembedanya. Harga ini ancaman bagi industri semen,” ujar Adi.
Adi menyebut Semen Indonesia tengah mencari cara dalam mengatasi tantangan tersebut melalui dekomoditisasi dengan cara meningkatkan nilai tambah pada produk semen. Tak hanya itu, lanjut Adi, Semen Indonesia juga melirik potensi besar yang terjadi saat pandemi yakni kebutuhan masyarakat dalam melakukan renovasi rumah.
“Saat pandemi memang sektor konstruksi dan infrastruktur mengalami penurunan, tapi yang menarik pasar untuk renovasi karena banyak yang WFH,” ungkap Adi.
Kata Adi, Semen Indonesia berupaya memanfaatkan peluang tingginya kebutuhan masyarakat dalam merenovasi rumah saat pandemi. Adi mengatakan penetrasi dalam mengakses potensi tersebut mengharuskan adanya pemanfaatan terhadap teknologi.
“Kita memutuskan transformasi digital menjadi keharusan untuk Semen Indonesia agar bisa lebih situsi pasar secara realtime,” kata Adi.
Sumber Republika, edit koranbumn