PT Superintending Company of Indonesia (Persero) alias Sucofindo membukukan pendapatan sebesar Rp 1,14 triliun pada semester pertama 2021. Raihan itu baru 41% dari target pendapatan yang ingin dicapai Sucofindo pada tahun ini, yang senilai Rp 2,8 triliun.
Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, pendapatan Sucofindo pada enam bulan pertama menyusut 6,55%. Pada semester pertama 2020, Sucofindo mengempit pendapatan senilai Rp 1,22 triliun.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Sucofindo Budi Hartanto menyampaikan, pendapatan pada periode paruh pertama 2021 masih didominasi jasa dari sektor komoditas berbasis sumber daya alam. Terutama pertambangan mineral dan batubara (minerba) serta minyak dan gas bumi (migas).
Seiring pandemi covid-19 yang belum berakhir, pendapatan Sucofindo pada semester kedua masih akan didominasi oleh jasa yang berasal dari minerba dan migas.
“Sektor yang masih dominan diperkirakan sama denga semester pertama. Karena sektor tersebut termasuk esensial, maka kegiatan masih berjalan baik, dengan tetap menaati protokol kesehatan,” kata Budi
Pandemi covid-19 yang masih belum terkendali diperkirakan turut berdampak terhadap sektor jasa Testing, Inspection and Certification (TIC). Apalagi pengetatan mobilitas lewat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat dikabarkan bakal diperpanjang.
Meski begitu, Budi menegaskan, Sucofindo belum melakukan revisi pada target kinerja untuk tahun 2021. Namun, Sucofindo tengah melakukan uji ketahanan atas kondisi yang berisiko (stress test) untuk memproyeksikan kinerja yang bisa dicapai pada semester kedua.
“Kami sedang melakukan stress test atas kondisi lingkungan bisnis yang saat ini sedang berlangsung pada PPKM. Stress test untuk mencari keseimbangan baru antara mendorong kinerja perusahaan agar tumbuh, dan menjaga petugas tetap sehat dan selamat,” terang Budi.
Menurutnya, pandemi covid-19 berdampak terhadap beberapa pengembangan jasa TIC seperti pada sektor berbasis teknologi yang bukan menjadi prioritas pelanggan serta pengembangan produk lingkungan.
“Sektor pangan dan manufaktur juga sepertinya akan berdampak sehingga TIC untuk ekspor diperkirakan akan menurun,” pungkas Budi.
Sucofindo merupakan perusahaan Jasa Testing, Inspection and Certification pertama yang saat ini menguasai pangsa pasar nasional sekitar 34%.
Pada tahun ini Sucofindo sedang fokus menggarap industri pertambangan minerba untuk kegiatan pemeriksaan dan pengujian. Sucofindo juga mengembangkan basis teknologi dalam penggunaan Internet of Thing (IoT) pada industri pertambangan untuk monitoring lingkungan serta pengembangan sektor pemetaan (geomatika).
Selain di sektor minerba, pengembangan jasa Sucofindo pada 2021 juga diarahkan pada komersialisasi jasa baru pada Lembaga Pemeriksa Halal (LPH).
Sejak Oktober 2020, Sucofindo pun sudah ditunjuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) sebagai salah satu badan yang dapat melakukan pemeriksaan halal.
Dilihat dari kontribusi terhadap pendapatan, sektor pertambangan minerba dan sektor migas masih memberikan porsi terbesar, masing-masing 30%. Jasa laboratorium non-medis menyumbang 15%. Sedangkan segmen pemeriksaan halal masih di bawah 2%.
Sumber Kontan, edit koranbumn