Malam penganugerahan Festival Film Indonesia (FFI) 2018 kembali diselenggarakan di ibukota Jakarta, setelah sempat mengembara ke Manado pada tahun lalu . Untuk pertama kalinya Lokananta turut meramaikan event berkumpulnya para produser, sutradara, serta sineas perfilman Indonesia ini.
Dalam Malam Penganugerahan FFI 2018 yang bertempat di Taman Ismail Marzuki, Lokananta membuka stand dengan menampilkan produk piringan hitam serta kaset-kaset lagu tempo dulu. Antusias para sineas perfilman dan para artis yang mengunjungi stand sangatlah luar biasa.
Para artis yang mengunjungi stand Lokananta, meninggalkan kesan positif dengan mencoretkan tanda tangan mereka sebagai dukungan eksistensi kepada Lokananta. Tidak hanya membuka stand, namun lagu-lagu Lokananta juga turut dimainkan diatas panggung FFI 2018 oleh Barry Likumahuwa Swing Crew bertajuk “Lokananta Sounds”.
Lokananta berdiri pada 29 Oktober 1956. Banyak peristiwa yang menjadi bagian sejarah perjalanan musik di Indonesia. Mulai dari rekaman teks Proklamasi Bung Karno hingga Lagu Indonesia Raya 3 Stanza.
Lokananta terus berbenah. Selain memperbaiki sejumlah infrastruktur, studio rekaman pertama milik negara ini mencoba beradaptasi dengan perkembangan zaman. Studio rekaman yang berada di Solo, Jawa Tengah ini, terus mereproduksi hasil rekaman dari analog ke digital. Lokananta terus melakukan optimalisasi aset terhadap konten dan hak cipta yang dimilikinya. Mereka juga coba memasukkan karya-karya yang ada ke platform digital seperti Spotify.
Dengan terus melakukan pembenahan, Lokananta tidak hanya bisa menjadi pusat aktivitas seni yang bernilai komersial, tapi juga bernilai historis. Lokananta sendiri saat ini tak hanya bisa dinikmati musisi yang hendak mengabadikan karyanya di studio rekaman terbesar di Indonesia ini, tapi juga oleh masyarakat umum.
Sumber InPNRI /edit koranbumn.com