PT Pegadaian (Persero) siap mengoptimalkan kinerja melalui sinergi 100 gerai layanan (co-location) bersama entitas Holding Ultra Mikro (UMi).
Outlet co-location merupakan perluasan titik layanan nasabah dengan memanfaatkan jaringan bersama antara Pegadaian, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., sebagai induk dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM dalam bentuk Sentra Layanan Ultra Mikro (SENYUM).
Direktur Keuangan dan Perencanaan Strategis Pegadaian Ninis Kesuma Adriani mengungkap bahwa perluasan dan peningkatan akses layanan keuangan tersebut menjadi salah satu inisiatif rencana pasca integrasi tiga entitas BUMN yang selama ini dikenal fokus dalam pembiayaan dan pemberdayaan usaha mikro dan ultra mikro ke dalam Holding Ultra Mikro.
Terkini, perseroan sudah melakukan piloting terhadap integrasi gerai-gerai potensial. Melalui langkah tersebut, Pegadaian berharap dapat mendorong ekspansi kinerja lebih maksimal pada sisa tahun ini.
“Yang sekarang sedang dikerjakan antara lain piloting untuk co-location. Dalam satu lokasi, ada layanan BRI, Pegadaian dan PNM. Ditargetkan ada 100 titik co-location [hingga akhir tahun]. Itu yang kami optimalkan,” kata Ninis, Selasa (28/9/2021).
Selain itu, kata Ninis, integrasi kinerja bersama BRI dan PNM melalui Holding Ultra Mikro juga akan dilakukan dari sisi teknologi informasi. Khususnya dalam hal digital acquisition sales platform yang nantinya akan dipakai para tenaga pemasaran secara bersama dari ketiga entitas BUMN yang dikenal kuat dalam pemberdayaan ekonomi wong cilik tersebut.
Menurutnya melalui integrasi tersebut diharapkan kinerja perseroan akan terjaga positif pada paruh kedua tahun ini. Terlebih di masa pandemi Covid-19 kondisi pasar memang masih cukup menantang.
“Integrasi ini dilakukan agar penawaran produk-produk ke nasabah dapat lebih sesuai dengan kebutuhan dan kondisi usaha,” ujarnya.
Untuk itu, Ninis mengungkapkan Pegadaian akan menerapkan strategi pendukung seperti shifting kegiatan pemasaran dan penjualan melalui seminar daring. Dengan demikian langkah perseroan dapat selaras dengan konsep besar Holding UMi.
Perseroan pun akan mengoptimalkan pasar instansi kelembagaan atau business to business (B2B). Optimalisasi pasar di sektor tersebut perlu ditempuh agar produk yang sesuai dengan kondisi saat ini seperti program Gadai Harian dapat terus berkembang. “Kami juga akan masih tetap mengoptimalkan transaksi pada aplikasi Pegadaian Digital,” katanya.
Sementara itu, Direktur Utama Pegadaian Kuswiyoto mengatakan sinergi bersama BRI dan PNM akan menutupi salah satu kelemahan perseroan, yaitu terkait jumlah jaringan bisnis. Melalui Holding UMi akan semakin memperkuat dan memperdalam penetrasi bisnis BUMN dengan basis usaha gadai tersebut.
“Pegadaian ini cabangnya tidak sebanyak Bank BRI, agennya tidak sebanyak Bank BRI. Itu adalah salah satu kelemahan Pegadaian, outreach kami itu sangat terbatas, dan hanya banyak di kota-kota besar. Nah, dengan bergabungnya kita dengan BRI dan juga dengan PNM, ini merupakan tambahan source yang luar biasa,” tuturnya.
Oleh karena itu, Holding UMi menurutnya akan memperluas jangkauan perseroan dengan sokongan jejaring bisnis BRI maupun PNM. Harapannya masyarakat akan mendapat akses pembiayaan yang jauh lebih murah, jauh lebih mudah dan sangat terpercaya.
Terkait IT, Kuswiyoto mengungkapkan, sebelum Holding Ultra Mikro terbentuk ketiga entitas BUMN mengembangkan IT sendiri-sendiri untuk menyokong bisnis di era digitalisasi yang menyedot biaya sangat mahal. Dengan integrasi melalui Holding UMi, terlebih BRI sebagai induk memiliki kemampuan IT yang sangat mumpuni, hal tersebut akan semakin efisien.
Dia pun mengatakan, BRI sebagai bank terbesar di Tanah Air akan membantu pihaknya juga PNM terkait pendanaan. Pasalnya, Pegadaian adalah institusi pemberi jasa layanan keuangan yang tidak boleh menghimpun dana dari masyarakat. Namun menggunakan dana pinjaman.
“Dengan adanya bantuan dari induk tentunya kita akan mendapatkan cost of fund yang jauh lebih murah, dan tentunya kita akan langsung pass through kepada nasabah kita sehingga, paling telat bulan November melalui Holding UMi sudah bisa menurunkan suku bunga terhadap masyarakat,” ujarnya.
Adapun potensi jejaring bisnis ketiga entitas BUMN tersebut meliputi BRI dengan 9.618 jaringan kantor dan 470.00 Agen BRILink. Pegadaian 4.915 gerai layanan, sedangkan PNM 2.860 gerai layanan dan sekitar 50.000 tenaga pemasar.
Sementara itu, kinerja Pegadaian sepanjang semester I/2021 naik tipis 2,9 persen menjadi Rp10,43 triliun dari Rp10,13 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Sementara, laba bersih turun 15 persen dari Rp1,53 triliun menjadi Rp1,3 triliun.
Di sisi jumlah nasabah, hingga 30 Juni 2021 Pegadaian mencatat kenaikan sekitar 21,4 persen menjadi 18 juta orang. Penambahan nasabah ini berdampak pada peningkatan omset bisnis gadai yang tumbuh 6,1 persen dari Rp75,57 triliun menjadi Rp80,18 triliun.
Kenaikan omzet tersebut terdiri dari gadai konvensional naik 5,9 persen dari Rp64,21 triliun menjadi Rp67,98 triliun, dan gadai syariah naik 7,4 persen dari Rp11,36 triliun menjadi Rp12,2 triliun. Dengan hadirnya Holding UMi, Kuswiyoto optimistis kinerja ke depan akan semakin terpacu.
“Intinya Pegadaian sangat-sangat diuntungkan dalam ekosistem yang baru ini,” tutupnya.
Sumber Bisnis, edit koranbumn