Disampaikan sinopsis hari ini berjudul “Salah Asuhan” karya Abdoel Moeis
Sastra tidak dibawa malaikat dari langit. Sastra tidak datang begitu saja. Ia lahir melalui proses pergulatan sastrawan dengan kondisi sosial—budaya zamannya. Maka, membaca karya sastra hakikatnya membaca keadaan masyarakat dan budaya yang terungkap dalam karya itu. Jadi, sastra menyimpan pemikiran sastrawannya juga. “Kawin campuran itu sesungguhnya banyak benar rintangannya, yang ditimbulkan oleh manusia juga Corrie! Karena masing-masing manusia dihinggapi oleh suatu penyakit kesombongan bangsa. Sekalian orang, masing-masing dengan perasaannya sendiri, menyalahi akan bangsanya, yang menghubungkan hidup kepada bangsa yang lain, meskipun kedua orang menjadi suami-istri sangat berkasih-kasihan.” Tokoh Hanafi dalam Salah Asuhan, merupakan potret Malin Kundang di abad 20. Persoalan mentalitas anak bangsa yang mudah tergiur budaya Barat dan melupakan budaya aslinya seperti dalam Salah Asuhan, masih relevan untuk dibicarakan hingga hari ini. Bukankah persoalan itu yang tengah kita hadapi saat ini?
Membaca seri sastra adiluhung laksana memandang panorama kekayaan budaya masa lalu kita. Kehadiran kembali seri sastra adiluhung, sungguh menawarkan banyak hal bagi pembaca sekarang. Balai Pustaka sengaja menampilkannya dengan wajah baru, agar pembaca dapat menikmatinya dengan semangat baru, perspektif atau sudut pandang baru, dan pemaknaan yang juga baru. Dengan demikian, seri sastra adiluhung ini dapat menjadi saksi bicara tentang masa lalu sejarah bangsa Indonesia untuk menatap masa depan yang lebih cemerlang.
Sobat Balai Pustaka yang berminat untuk memiliki buku tersebut, silahkan menghubungi ;
1. Bapak Juan >>> 08122351895
2. Bapak Supriadi >>> 081317424255
3. Tokopedia.com/tokobalaipustaka
4. Blanja.com/store/tokobalaipustaka
Sumber InBalaiPustaka