PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. menggenjot transaksi uang elektronik e-money dan penerbitan kartu baru pada 2019.
SEVP Consumer and Transaction Bank Mandiri Jasmin menyatakan perseroan membidik penambahan 5 juta kartu baru pada tahun ini dan proyeksi kenaikan transaksi 30% secara tahunan.
“Tahun lalu volume transaksi e-money mencapai 1,1 miliar dengan nilai Rp13,9 triliun. Target kami tahun inj naik 30% atau sekitar Rp15 triliun – Rp16 triliun dan jumlah kartu bertambah 5 juta,” katanya di Jakarta, Rabu (9/1/2019).
Adapun hingga akhir Desember 2018 jumlah kartu e-money yang diterbitkan Bank Mandiri sebanyak 16,4 juta kartu dengan akseptansi mandiri E-money di lebih dari 45.000 merchant dan 60.000 lokasi top up. Dari jumlah itu, kata Jasmin, kartu yang aktif berkisar 50%.
Dari jumlah frekuensi transaksi Mandiri e-money 1,1 miliar per Januari-Desember 2018, frekuensi transaksi terbesar terjadi di sektor transportasi yang mencapai 94%, terutama jalan tol seperti ruas tol Trans Jawa, tol Bali Mandara, ruas tol Medan-Kualanamu serta ruas tol Ujungpandang Seksi 1 dan 2. Dia berharap ke depan penggunaan kartu dapat meningkat di merchant-merchant lain seperti commuter line, MRT, LRT.
Selain menambah merchant, Bank Mandiri juga bersinergi dengan berbagai pihak demi menambah alternatif layanan isi ulang saldo serta mendorong penetrasi uang elektronik. Teranyar, emiten bersandi BMRI tersebut kerja sama dengan PT Pos Indonesia (Persero) memperluas layanan top up e-money.
Dengan kerja sama ini, Bank Mandiri secara bertahap akan menempatkan mesin pembaca (reader) e-money di 3.000 loket kantor pos di seluruh Indonesia. Pada tahap awal selama satu semester ke depan ditargetkan sebanyak 1.000 loket siap melayani top up e-money secara tunai, khususnya di wilayah Pulau Jawa.
Menurut Jasmin, sinergi ini sangat strategis karena akan mengoptimalisasi jaringan loket kantor pos yang saat ini telah melayani berbagai jenis transaksi pembayaran dan pembelian seperti tagihan utilitas, pembelian tiket dan lain-lain.
Ke depan, Bank Mandiri akan terus mengeksplorasi potensi kerja sama dengan korporasi yang memiliki jaringan bisnis atau value chain untuk semakin membudayakan cara pembayaran non tunai di masyarakat.
“Kami juga akan menjajaki peluang kerja sama co-branding dengan Pos supaya jadi one stop service, artinya masyarakat bisa membeli dan melakukan isi ulang e-money. Rencana merja sama co-branding ini akan segera kami tindaklanjuti sebab perlu ada proses perizinan ke Bank Indonesia,” tambahnya.
Sementara itu Direktur Keuangan PT Pos Indonesia Eddy Santosa mengatakan peran dan fungsi outlet Pos Indonesia terus ditingkatkan dalam melayani kebutuhan masyarakat khususnya dalam bidang pengiriman barang, pengiriman uang dan pembayaran.
Saat ini jumlah outlet Pos Indonesia mencapai 4.800 (operate by own) dan 24.500 titik layanan dan agen Pos yang terkoneksi secara real time online.
Salah satu upaya peningkatan utilitas outlet Pos adalah melalui penambahan fitur layanan. Dengan semakin lengkapnya layanan pengiriman barang, pengiriman uang dan berbagai pembayaran maka masyarakat akan lebih mudah melakukan berbagai transaksi (one stop service). Jasa keuangan Pos Indonesia melayani pengiriman uang baik cash2cash, cash2account, giropos, penerimaan setoran, tabungan, pendistribusian dana dan berbagai pembayaran biller.
“Kami terkoneksi ke lebih dari 420 biller dengan tahun 180 juta transaksi selama tahun 2018. Kerja sama dengan Bank Mandiri dalam top up Mandiri e-money ini akan memudahkan maysarakat dalam melakukan top up dan transaksi secara non tunai. Ke depan akan terus dikembangkan kerja sama khususnya dalam rangka mendukung penggunaan uang elektronik ke berbagai lapisan masyarakat,” ujarnya.
Dalam rangka meningkatkan antusiasme pemegang mandiri e-money untuk melakukan top up terhitung mulai 09 Januari 2019 sampai dengan 31 Januari 2019, untuk transaksi top up mandiri e-money yang dilakukan di loket Kantor Pos tidak dikenakan biaya administrasi.
Sumber Bisnis / edit koranbumn.com