Saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) diproyeksikan cerah oleh sejumlah analis pasar modal. Bank berkode saham BRIS itu diperkirakan bullish dalam jangka pendek, dan cocok untuk dikoleksi secara jangka panjang.
Sebagai catatan, sepanjang pekan lalu kinerja saham BRIS menguat 5,92% menjadi Rp1.610. Bila dibandingkan dengan tiga bulan terakhir, saham BRIS ditutup menguat sekitar 32,51% pada perdagangan Jumat (24/3).
Terkait pergerakan saham BRIS, Founder of Kurikulum Saham Alex Sukandar mengatakan bahwa secara umum Index Saham Syariah Indonesia (ISSI) mengalami uptrend dalam sebulan terakhir dengan support pada level 199,5 dan resistance level 224.
“Ini menandakan bahwa kinerja saham-saham syariah mampu menahan tekanan pasar global yang kurang baik. Kemungkinan dikarenakan persentase hutang saham-saham syariah sangat terbatas sekali, sehingga tidak terlalu berdampak pada kenaikan suku bunga,” kata Alex, akhir pekan lalu.
Alex menilai di antara saham emiten bank syariah, BRIS memang menjadi yang paling menarik dicermati. Hal ini tak terlepas dari laporan kinerja perusahaan yang melaju signifikan sepanjang 2022.
Sepanjang tahun lalu, BSI melaporkan penyaluran pembiayaan senilai Rp208 triliun, naik 21% secara tahunan (year on year/yoy). Capaian ini kemudian mendorong aset perusahaan tumbuh 15% yoy menjadi Rp306 triliun.
Kinerja positif tersebut mampu dijaga pada awal 2023. Hingga akhir Februari 2023, BRIS mencatat pertumbuhan pembiayaan sebesar 21,36% yoy.
Alex menjabarkan secara analisa teknikal menggunakan periode waktu weekly chart, terlihat adanya perubahan struktur pasar BRIS yang berpotensi mengganti tren dari bearish menjadi bullish. Hal ini diperkuat pula dengan adanya aliran dana sebesar Rp315 miliar sepanjang dua bulan terakhir pada saham BRIS.
“Level support krusial berada di Rp1.095, sementara itu level resistance terdekat di Rp1.670,” katanya.
Sebagaimana diketahui, saham BRIS sempat terkoreksi ke level Rp1.200 pada akhir 2022. Padahal saham emiten bank syariah ini berada pada harga Rp1.700 per 3 Januari 2022. Saham BRIS tercatat mulai menguat kembali pada medio Februari 2023. Sejak awal Februari hingga 24 Maret 2023, harga saham bergerak pada rentang Rp1.350–Rp1.715.
Terpisah, Head of Research Team II Mirae Asset Handiman Soetoyo menilai saham BRIS prospektif untuk dikoleksi dalam jangka panjang. Pasalnya, menurut dia kinerja bank akan tumbuh secara berkelanjutan.
Bahkan Handiman memperkirakan pada tahun ini, BSI akan kembali mencetak pertumbuhan pembiayaan hingga dua digit. “Perkiraan tumbuh double digit sekitar 10%-15%,” katanya.
Handiman pun menganalisa bahwa pada tahun ini saham BRIS akan menguat. Hal tersebut seiring dengan kabar PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. yang akan melepas kepemilikan saham BRIS secara perlahan.
Hal ini mengacu pada pernyataan Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo belum lama ini. Langkah BNI dan BRI tersebut sudah mulai terlihat dalam rights issue BSI terakhir pada Desember 2022. BNI hanya mengambil separuh haknya, sedangkan BRI tidak mengambil haknya.
Kepemilikan saham BRI di BSI pun turun dari 17,25% menjadi 15,38% dan BNI menyusut dari 24,85% menjadi 23,24%. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., selaku pemegang saham pengendali melaksanakan seluruh haknya. Dengan demikian kepemilikan Bank Mandiri di BSI naik dari 50,83% menjadi 51,47%.