“Kami sudah masuk hilriisasi, di nikel itu ada dua jalur, ada yang hilirisasi nickel class two (nikel kelas dua) untuk pasar stainless steel. Dan untuk nikel kelas satu, belakangan ini pasarnya meningkat jadi kita tidak mau melewatkan ini. Kami akan wujudkan hilirisasi nikel kelas satu untuk EV (kendaraan listrik),” ungkapnya.
Syarif meyakini pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik sebagai tujuan hilirisasi nikel akan benar-benar terwujud. Sebab, potensi pasar global akan baterai EV sangat menjanjikan di masa depan.
“Kita lihat Indonesia juga merupakan negara dengan ekonomi yang baik dan punya posisi kuat, cadangan nomor satu dunia, pasar juga potensinya besar untuk EV dan kita akan bisa lebih kompetitif karena kita membangun dari hulu ke hilir,” katanya.
Syarif mengatakan Indonesia memiliki cadangan nikel mencapai sekitar 21 juta ton, sekitar 21 persen atau merupakan cadangan terbesar di dunia. Antam sendiri memiliki 4,8 juta ton cadangan atau sekitar lim persen cadangan dunia. “Ini kekuatan kami yang harus bisa dimonetisasi salah satunya melalui hilirisasi baterai EV,” kata dia.
Syarif menambahkan, Antam memiliki visi untuk menjadi perusahaan global pada 2030 mendatang di ekosistem baterai kendaraan listrik dari hulu ke hilir. Antam turut berperan di sisi hulu dari kegiatan pertambangan. Adapun di hilir, Antam membentuk kerja sama dengan MIND ID, PLN, dan Pertamina dengan nama Indonesia Battery Corporation.
“Kami menyadari Indonesia punya kekuatan pada cadangan, tapi secara kapabilitas memerlukan dukungan pihak lain,” kata Syarif.
Oleh karena itu kami mengembangkan ini dengan partner strategis. Saat ini Antam telah bekerja sama dengan LG Energy Solution dan Hong Kong CBL Limited (HKCBL).
sumber : ANTARA, Republika
“Kami sudah masuk hilriisasi, di nikel itu ada dua jalur, ada yang hilirisasi nickel class two (nikel kelas dua) untuk pasar stainless steel. Dan untuk nikel kelas satu, belakangan ini pasarnya meningkat jadi kita tidak mau melewatkan ini. Kami akan wujudkan hilirisasi nikel kelas satu untuk EV (kendaraan listrik),” ungkapnya.
Syarif meyakini pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik sebagai tujuan hilirisasi nikel akan benar-benar terwujud. Sebab, potensi pasar global akan baterai EV sangat menjanjikan di masa depan.
“Kita lihat Indonesia juga merupakan negara dengan ekonomi yang baik dan punya posisi kuat, cadangan nomor satu dunia, pasar juga potensinya besar untuk EV dan kita akan bisa lebih kompetitif karena kita membangun dari hulu ke hilir,” katanya.
Syarif mengatakan Indonesia memiliki cadangan nikel mencapai sekitar 21 juta ton, sekitar 21 persen atau merupakan cadangan terbesar di dunia. Antam sendiri memiliki 4,8 juta ton cadangan atau sekitar lim persen cadangan dunia. “Ini kekuatan kami yang harus bisa dimonetisasi salah satunya melalui hilirisasi baterai EV,” kata dia.
Syarif menambahkan, Antam memiliki visi untuk menjadi perusahaan global pada 2030 mendatang di ekosistem baterai kendaraan listrik dari hulu ke hilir. Antam turut berperan di sisi hulu dari kegiatan pertambangan. Adapun di hilir, Antam membentuk kerja sama dengan MIND ID, PLN, dan Pertamina dengan nama Indonesia Battery Corporation.
“Kami menyadari Indonesia punya kekuatan pada cadangan, tapi secara kapabilitas memerlukan dukungan pihak lain,” kata Syarif.
Oleh karena itu kami mengembangkan ini dengan partner strategis. Saat ini Antam telah bekerja sama dengan LG Energy Solution dan Hong Kong CBL Limited (HKCBL).
sumber : ANTARA, Republika