Dalam rangka pelaksanaan pilot project konversi Bahan Bakar Gas (BBG) untuk sepeda motor, PGN Subholding Gas Pertamina melalui PT Gagas Energi Indonesia selaku anak perusahaan menyelenggarakan sosialisasi motor BBG kepada pengemudi atau mitra ojek online. Sosialisasi ini diikuti oleh 42 mitra yang berlangsung di Lobby Kantor PGN Pusat, Jakarta, akhir bulan lalu.
Direktur Utama Gagas Muhammad Hardiansyah, dalam keterangan tertulisnya, Kamis (6/4/2023), mengatakan bahwa pilot project menggandeng mitra ojek online untuk bisa merasakan langsung benefit motor BBG dengan sistem dual fuel yakni BBM dan BBG. Diharapkan, mitra ojek online dapat menjadi contoh pengguna dalam menyebarkan informasi secara word of mouth mengenai konversi motor dari BBM ke BBG.
Dalam sosialisasi, Gagas menunjukkan secara langsung motor yang sudah dikonversi menggunakan BBG. Motor BBG atau bisa juga disebut Motor Gas (Mogas) ini, lebih fleksibel karena tidak perlu membeli kendaraan baru dan tetap dapat menggunakan BBM.
Selain itu, tidak mengurangi kapasitas BBM, karena mogas hanya menambah tabung untuk BBG sehingga bisa menambah jarak tempuh yang tentunya dibarengi dengan efisiensi biaya. Dengan sistem dual fuel, mogas dilengkapi perangkat seperti converter kit dan switch pada stang motor untuk mengaktifkan atau menon-aktifkan penggunaan bahan bakar gas bumi.
“Penggunaan mogas dapat menghemat biaya dua kali lipat dikarenakan harganya 4.500 rupiah per Liter Setara Pertalite (LSP) dan stabil kinerjanya dimanapun pengisiannya,” jelas Hardiansyah.
Keamanan motor BBG diutamakan, sehingga tabung yang dipilih berbahan seamless steel pipe dan memiliki ketahanan sampai dengan 20 tahun. Kemudian cukup ringan dengan kapasitas 1,25 liter gas per tabung. Tabung juga sudah berstandar internasional ISO 11439.
“BBG rendah emisi membuat mesin bersih dan tidak berbau menyengat. Tips aman berkendara dengan dual fuel, jika terdengar suara mendesis dan tercium bau gas, segera matikan mesin dan hubungi call center di nomor 135,” jelas Hardiansyah.
Rencananya, PGN akan melakukan pilot project motor BBG di DKI Jakarta dan Semarang. Selama masa pilot project pengguna motor BBG yang sudah melakukan konversi dapat melakukan pengisian gas secara gratis di empat lokasi pengisian BBG di Jakarta yaitu di SPBG PGN Kantor Pusat, SPBG Klender, SPBG Pondok Ungu, dan MRU Grogol.
Di luar empat lokasi tersebut, pengguna tetap dapat melakukan pengisian BBG seperti biasa di 16 titik pengisian yang tersebar di Jabodetabek dengan harga 4.500 rupiah per LSP. Di Jakarta pengisian bisa dilakukan di SPBG Pemuda, SPBG Gandaria (Jl Bogor), SPBG Daan Mogot, SPBG Ragunan, SPBG MS Cibubur, SPBG Cililitan, SPBG Pulogadung, SPBG Pinang Ranti dan SPBG Perintis Kemerdekaan.
Untuk wilayah Bogor, Bekasi dan Depok pengisian BBG bisa dilakukan di SPBG Citeureup, SPBG Bogor (M.A Salman), SPBG Karawang, SPBG OL Lemahabang, SPBG Depok (Tole Iskandar), SPBG Citeureup dan SPBG Ecostation Margonda.
Para mitra ojek online juga diberikan kesempatan untuk langsung test drive motor yang telah dikonversi menggunakan BBG. Sosialiasi berjalan lancar dan disambut antusias oleh mitra ojek online yang hadir. BBG yang lebih ekonomis dari segi efisiensi harga energi menjadi perhatian utama dari mereka.
“Karena irit dan ramah lingkungan. Selain itu, untuk merasakan sensasi ada yang unik, karena (sistemnya) bisa dual fuel (bensin dan gas). Ada efisiensi harga, lumayan banget. Kadang-kadang kalau bensin kita kagak tahu bisa naik, kalau gas ini gak naik atau stabil harganya,” ujar salah satu mitra ojek online yang hadir dalam sosialisasi motor BBG di Kantor PGN Pusat.
Selain itu, efisiensi harga yang didapatkan dapat digunakan untuk menabung dan dialokasikan untuk biaya pendidikan anak. Para mitra juga berharap agar kapasitas tabung untuk gas bisa ditingkatkan.
“Kami mengajak teman-teman mitra ojek online untuk mendukung program pemerintah dalam mengurangi subsidi BBM dan mencapai penurunan emisi karbon. Ini juga menjadi salah satu hal yang bisa dilakukan oleh PGN Group untuk masyarakat, terkait dampak kenaikan BBM yaitu dengan menyediakan energi alternatif lain yang bisa digunakan oleh masyarakat,” pungkas Hardiansyah.
Sumber Republika, edit koranbumn