Emiten farmasi PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) menargetkan pertumbuhan penjualan produk mencapai lebih dari 15 persen pada akhir tahun 2023 seiring terjalinnya kerja sama bisnis dengan PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF).
Direktur Utama Kimia Farma David Utama mengatakan, hal tersebut menjadi salah satu target yang akan dikejar perseroan setelah resmi menjalin kerja sama dengan Kalbe Farma.
Melalui kerja sama tersebut, David menjelaskan bahwa Kimia Farma akan memaksimlakan distribusi produk Kalbe Farma ke 1.247 outlet yang dimiliki emiten pelat merah itu.
Bertambahnya jumlah produk Kalbe Farma ke ribuan outlet Kimia Farma diharapkan dapat meningkatkan jumlah stock keeping unit (SKU) dari sebelumnya 2.500 unit per outlet, naik menjadi menjadi 3.500-4.000 unit per outlet.
“Kalau dari saya sederhana, saya minta pertumbuhan penjualan melesat lebih dari 15 persen. Kita mau mencapai kalau bisa sampai 25 persen,” jelasnya di Kantor Pusat Kimia Farma, Jakarta Pusat, dikutip Minggu (3/9/2023).
Selain itu, David menyampaikan bahwa kerja sama strategis bidang layanan kesehatan tersebut menjadi bentuk kedua emiten farmasi dalam mendukung program kesehatan pemerintah melalui upaya preventif dan promotif.
Kerja sama ini, sambungnya, juga akan mencakup kolaborasi pemasaran dan penjualan dari setiap produk yang ditawarkan oleh kedua perusahaan, baik secara offline maupun online.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Kimia Farma Apotek (KFA) Agus Chandra menyampaikan bahwa Kimia Farma juga menargetkan adanya perubahan porsi penjualan setelah bekerja sama dengan KLBF.
Agus mengatakan, pihaknya telah merevisi kontribusi penjualan barang non drugs dari sebelumnya sebesar 20 persen, menjadi 40 persen dari total penjualan yang dicatatkan perseroan.
“Kita akan merubah positioning kita, tadinya kan drugs 80 persen dan non drugs 20 persen. Ingin dirubah menjadi drugs 60 persen, non drugs 40 persen. Kalbe punya produk-produk yang kuat di sana, seperti susu, produk nutrisi, dll,” katanya.
Sebagimana diketahui, Kimia Farma dan Kalbe Farma telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) untuk saling bersinergi dan berkolaborasi dalam memberikan layanan kesehatan yang baik bagi masyarakat pada Jumat (1/9/2023).
MoU tentang Pengembangan Kerja Sama Strategis Bidang Layanan Kesehatan itu menjadi landasan strategis bagi kedua emiten farmasi untuk melakukan kerja sama, termasuk juga dengan afiliasi ataupun entitas anak usahanya.
Sebelumnya, emiten pelat merah tersebut berhasil mencatat kenaikan pada pendapatan sepanjang semester I/2023. Mengutip laporan keuangan yang dirilis Senin (31/7/2023), pendapat perusahaan naik 11,78 persen secara yoy menjadi Rp4,95 triliun, dibandingkan semester I/2022 yang sebesar Rp4,43 triliun.
Seiring dengan peningkatan pendapatan sepanjang semester I/2023, perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp19,47 miliar pada semester I/2023, berbalik positif dari rugi bersih semester I/2022 sebesar Rp206,30 miliar.
Adapun, kontribusi pendapatan KAEF ditopang oleh peningkatan jasa layanan laboratorium medis dan klinik, serta peningkatan penjualan berbagai produk yang ditawarkan KAEF.
Dari sisi kategori produk, obat generik menyumbang pendapatan sebesar yang mencapai Rp1,07 triliun atau naik 25,26 persen dari pendapatan pada periode waktu yang sama yakni sebesar Rp858,96 miliar.
Kemudian, pendapatan dari penjualan produk etikel dan lisensi menyusul dengan peningkatan sebesar 13,99 persen menjadi Rp1,89 triliun, dari periode yang sama 2022 yaitu sebesar Rp1,65 triliun.
Sementara itu, raihan pendapatan yang positif ini juga disokong oleh dana yang diperoleh dari layanan laboratoirum medis dan klinik yang mencatat kenaikan sebesar 16,60 persen menjadi Rp488,16 miliar, dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp418,66 miliar.
Sedangkan pendapatan yang diperoleh dari kategori alat kesehatan justru mengalami penurunan sebesar 14,75 persen menjadi Rp49,02 miliar, dibangkan periode tahun sebelumnya sebesar Rp57,50 miliar.
Sumber Bisnis, edit koranbumn