Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan memprediksi adanya potensi defisit tahun berjalan pada 2024.
BPJS Kesehatan memperkirakan adanya defisit lantaran klaim yang semakin melonjak, sementara iuran bergerak lebih lambat.
Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron mengatakan pihaknya bahkan sengaja menyampaikan adanya potensi defisit tersebut dalam Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT) tahun ini.
“Ada potensi defisit, RKAT tahun ini kami sengaja [menyampaikan] karena kepercayaan yang dari masyarakat [meningkat] yang belum pernah pakai, sekarang pakai,” kata Ghufron ditemui usai acara Refleksi 1 Dekade Penyelenggaraan Jaminan Sosial di Indonesia, di Jakarta Kamis (11/1/2024).
Ghufron mengatakan sejatinya BPJS Kesehatan masih mampu untuk membayarkan klaim manfaat 4,36 bulan ke depan. Pasalnya keuangan Dana Jaminan Sosial (DJS) Kesehatan masih sehat dalam periode tersebut.
Selain itu, aset neto DJS Kesehatan mencapai sebanyak Rp57,76 triliun pada 2023 secara unaudited. Sementara total klaim yang dianggarkan sepanjang 2024 mencapai Rp176 triliun, dan iurannya diprediksi lebih sedikit dibandingkan klaim tersebut.
Ghufron mengatakan pihaknya berharap defisit tersebut tidak terjadi. Beberapa langkah strategi akan dilakukan oleh BPJS Kesehatan termasuk meningkatkan kerja sama dengan pihak swasta. Termasuk dengan adanya kemungkinan usulan cost sharing yang telah diterapkan di luar negeri.
Selain itu, Ghufron juga menyebut adanya kemungkinan kenaikan iuran peserta BPJS Kesehatan. Namun demikian, rencana tersebut secara keseluruhan tentunya masih menunggu Pemilihan Umum (Pemilu) pada 2024.
“Jadi ya istilahnya harus siaga, siap-siap tapi tidak perlu cemas. Tidak perlu khawatir tetapi kita harus tahu ya yang kita jalani, yang kami lakukan mengenai keuangan ini jangan sampai defisit. Karena dulu sudah pernah defisit sekarang jangan defisit lagi gitu,” ungkapnya.
Di sisi lain, Ketua Dewan Jaminan Sosial NAsional (DJSN) Agus Suprapto mengatakan bahwa kemungkinan defisit pasti ada. Terlebih menurutnya banyak orang yang memiliki penyakit katastropik, di mana memiliki penanganan yang lama dan biaya yang tidak sedikit.
“Tapi kami berharap tidak [defisit]. Jadi semoga ini tidak menjadi kecemasan,” katanya.
Dia mengatakan untuk mencegah hal tersebut, DJSN mengimbau masyarakat untuk tetap menjaga kesehatan. Selain itu, diharapkan pula peserta BPJS Kesehatan yang tidak aktif bisa aktif kembali. Dengan peserta aktif kembali, maka ada pembayaran iuran bertambah.
“Mereka bisa menjamin keberlangsungan, jadi kami tunggu untuk aktif karena yang aktif ikut urun [iuran],” ungkapnya
Sumber Bisnis, edit koranbumn
.