PT Terminal Petikemas Teluk Lamong direncanakan bakal mengoperasikan sejumlah terminal di bagian Indonesia Timur dalam beberapa tahun mendatang.
Hal itu menjadi upaya subholding PT Pelindo Terminal Petikemas untuk mendorong percepatan standarisasi dan sistemisasi seluruh terminal petikemas di Indonesia.
Tahun ini, Terminal Teluk Lamong (TTL) bakal membawahi tiga terminal petikemas baru yang berlokasi di Kupang, Banjarmasin, hingga Ambon, dengan target go-live atau mulai diberlakukan pada kuartal IV/2025. Adapun saat ini, TTL telah mengoperasikan tiga terminal, yaitu Terminal Petikemas Teluk Lamong, Berlian, dan Nilam.
Dengan begitu, TTL bakal membawahi enam terminal petikemas pada 2025. Pada 2026, sejumlah terminal di Indonesia Timur seperti TPK Makassar, Bitung, Pantoloan, Kendari, Jayapura, Sorong, hingga Tarakan juga disiapkan untuk dialihkan kepada TTL.
Terakhir, terminal petikemas Bagendang Bumiharjo, Ternate, dan Merauke bakal ditargetkan berada di bawah operasional TTL pada paruh pertama 2027. Dengan begitu, secara jangka panjang, Terminal Petikemas Teluk Lamong bakal mengoperasikan sekitar 16 terminal petikemas di bawah perusahaan.
Direktur Utama Terminal Petikemas Teluk Lamong David Pandapotan Sirait menerangkan, upaya pengalihan operasi sejumlah terminal petikemas ini menjadi upaya Pelindo untuk melakukan standarisasi terminal petikemas pascamerger.
“Strategi peralihan serah operasi TPK SPTP kepada PT TTL menjadi salah satu bentuk upaya percepatan peningkatan maturitas, penyelesaian standarisasi, dan sistemisasi terminal,” katanya, Jumat (3/10/2025).
Sebelumnya, David sempat menjelaskan bahwa Terminal Teluk Lamong telah menerapkan 95% proses digitalisasi dalam melakukan aktivitas bongkar muat di kepelabuhan. Hal tersebut sejalan dengan rencana besar holding PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo untuk menggencarkan sistem digitalisasi terhadap seluruh sistem kepelabuhan.
Sistem digitalisasi yang telah digunakan oleh TTL antara lain terminal booking system yang memungkinkan pengguna jasa untuk melakukan pemesanan terlebih dahulu sebelum datang ke terminal petikemas. Melalui sistem itu, TTL berupaya memastikan efisiensi kerja-kerja kepelabuhan dan memastikan akurasi layanan kepada pengguna jasa.
Selain itu, TTL juga tengah mengoperasikan sebanyak 20 alat automatic stacking crane (ASC). Terminal Teluk Lamong menjadi satu-satunya terminal petikemas di seluruh Indonesia yang mengoperasikan alat ini.
David menjelaskan, tujuan alat tersebut adalah guna membantu proses pengangkutan peti kemas yang sesuai dengan kepemilikan pengguna jasa. Secara umum, alat tersebut bertugas mengangkut peti kemas dari atau menuju container yard (CY).
Namun, proses yang biasanya dilakukan oleh satu orang dalam setiap alat, kini dapat lebih efisien karena sistem robotik mampu mendeteksi keberadaan peti kemas yang telah dipesan untuk diambil oleh pengguna jasa.
Nantinya, alat tersebut akan mengangkut peti kemas secara otomatis dari CY menuju truk pengangkut. Setelah berjarak sekitar 7 meter di atas truk pengangkut, alat tersebut akan menyerahkan sisa proses kepada operator.
Begitu pula sebaliknya, truk pengangkut yang datang membawa barang, akan pertama-tama memarkirkan kendaraannya sesuai dengan blok yang telah diarahkan oleh tim planning. Nantinya, peti kemas yang dibawa truk tersebut akan diambil oleh ASC melalui bantuan operator.
Baru setelah berjarak sekitar 7 meter di atas truk, stacking secara otomatis bakal dilakukan oleh alat tersebut, sehingga operator dapat fokus untuk melayani permintaan serupa di blok lainnya.
“Jadi menggunakan AI untuk khusus di CY. Jadi dia robot itu bisa mengetahui berapa lintang utara, lintang selatan, dan altitude ketinggiannya. Jadi bukan operator yang mengoperasikan, begitu diangkat dari truk, let the robot stack directly to the CY, gitu,” katanya kepada tim Jelajah Pelabuhan dan Logistik 2025 Bisnis Indonesia, Kamis (2/1/2025).
David menegaskan, dengan begitu, proses operasional stacking dapat dilakukan dengan lebih efisien. Bahkan, untuk menyiapkan sistem tersebut, pihaknya perlu mendatangkan alat dari Finlandia dan juga mengedukasi para sopir truk pengangkut terhadap cara kerja ASC.
Nantinya, David menerangkan, seluruh terminal yang bergabung di bawah TTL akan mengoperasikan hal serupa, baik melalui sistem digitalisasi yang telah terstandarisasi dan tersistematisasi, juga melalui penggunaan alat-alat canggih yang telah dioperasikan TTL belakangan.
“Nanti yang terminal yang bergabung akan follow best practice kami di TPK Teluk Lamong,” katanya singkat.
Sumber Bisnis, edit koranbumn
















