Per 2024, kebutuhan gula di Indonesia mencapai 7,1 juta ton, sementara produksi dalam negeri hanya mencapai 2,5 juta ton, di mana PTPN berkontribusi sebanyak 850.000 ton.
“Sedangkan kalau kita ingin mencapai angka 7 juta ton gula, itu kita perlu tambahan minimum 500.000 hektare lagi. Untuk benar-benar kita dapat mewujudkan swasembada gula,” ujarnya dalam acara Agri Food Summit 2025, Kamis (15/10/2025).
Dalam paparannya, pemerintah mencanangkan swasembada gula konsumsi dapat tercapai pada 2028 dan swasembada gula serta peningkatan produksi bioetanol tercapai pada 2030.
Denaldy mengungkapkan bahwa kebutuhan gula Indonesia diproyeksikan mencapai 8,9 juta ton pada 2030, yang didorong oleh peningkatan jumlah penduduk.
Selama 5 tahun terakhir, Indonesia kekurangan pasokan gula sehingga berdampak pada impor terbesar dengan nilai mencapai Rp47,2 triliun pada 2024.. Adapun, rentang kebutuhan gula konsumsi per tahun sebesar 2,8 juta ton hingga 3,3 juta ton per tahun.
Rata-rata produktivitas tebu PTPN sebesar 65,21 ton per ha dan produktivitas gula sebesar 4,63 ton per herktare lahan.
Pemerintah melalui Peraturan Presiden (Perpres) No. 40/2023, memperbaiki industri gula dan memastikan ketahanan nasional, dengan target peningkatan produktivitas tebu mencapai 93 ton per hektare.
Pada kesempatan yang sama, Staf Khusus Menteri Pertanian bidang Kebijakan Pertanian Sam Herodian memandang bahwa kebutuhan lahan seluas 500.000 hektare merupakan jumlah yang kecil—dibandingkan luas Indonesia.
Dalam praktiknya, realisasi pengadaan lahan memang tidak semudah itu. Perlu mencari kesesuaian lahan yang ideal untuk tanaman tebu. Meski demikian, Sam mengungkapkan bahwa pemerintah telah menyiapkan lahan-lahan yang akan digunakan sebagai pabrik gula.
“Saat ini kami disiapkan lahan yang cukup luas di Papua Selatan, di tempat yang lain juga, di Sulawesi, Sumatra. Itu sudah kami siapkan untuk lahan-lahan parbik gula,” ujar Sam.
Sebelumnya, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Andi Amran Sulaiman menargetkan Indonesia tidak lagi membuka keran impor gula kristal putih atau GKP (white sugar) mulai tahun depan atau 2026.
Amran mengatakan, saat ini pemerintah tengah menggalakkan program penanaman tebu untuk kebutuhan gula konsumsi. Program tersebut, lanjut dia, sudah mulai berjalan di berbagai daerah sentra produksi, seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, Sulawesi, hingga Sumatra Utara.
Pemerintah juga terus berupaya melakukan peremajaan tanaman tebu melalui bongkar ratoon selama 3 tahun. Dengan adanya peremajaan tanaman tebu, Amran menargetkan Indonesia tak akan mengimpor GKP pada 2026 dan gula kristal mentah atau GKM (raw sugar) pada 2027 mendatang.
“Dan insyaallah white sugar, doakan paling lambat tahun depan sudah tidak impor. Target berikutnya adalah raw sugar [pada 2027], itu berikutnya. Tapi yang terpenting, tahun depan kita target nggak impor white sugar lagi,” tuturnnya.
Sumber Bisnis, edit koranbumn
















