“Kita akan menggiatkan hilirisasi di bidang kelapa dan alhamdulillah kita sudah berhasil, baru saja juga meng-confirm, akan terjadi hilirisasi kelapa yang cukup signifikan,” kata Rosan dalam agenda 1 Tahun Pemerintahan Prabowo – Gibran di Jakarta, Kamis (16/10/2025).
Terlebih, tambah Rosan, Indonesia merupakan salah satu produsen kelapa terbesar di dunia. Dengan demikian, dia optimistis proses hilirisasi kelapa akan menjadi kunci utama yang bakal mendorong ekonomi nasional tumbuh signifikan.
Pada saat yang sama, Rosan juga menyebut bahwa proses hiliriasai kelapa itu turut membawa kesejahteraan bagi para petani.
“Kesejahteraan dari para petani kelapa juga akan meningkat. Karena sudah ada offtaker yang jelas dari pengelolaan yang lebih panjang mengenai kelapa ini. Jadi kita nomor 1 atau nomor 2 terbesar penghasil kelapa di dunia. Itu salah satu yang akan dihilirisasi,” jelasnya.
Sebelumnya, Mentan Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menekankan bahwa pemerintah tengah memperkuat agenda hilirisasi pertanian untuk meningkatkan nilai tambah dan devisa negara.
Amran menjelaskan bahwa salah satu fokus utama adalah komoditas kelapa, yang dinilai memiliki potensi ekonomi luar biasa apabila diolah di dalam negeri.
Hal itu lantaran, saat ini Indonesia masih mengekspor kelapa dalam bentuk bahan mentah (gelondongan) hingga 2,8 juta ton per tahun, dengan nilai mencapai Rp24 triliun. Namun, pemerintah berencana menghentikan ekspor tersebut guna mendorong industri pengolahan kelapa di dalam negeri.
“Rencana kita, hilirisasi kelapa ini tidak dijual gelondongan ke luar negeri yang total volumenya 2,8 juta ton,” kata Amran saat memberikan keterangan pers di Kantor Presiden, Jakarta Pusat, Kamis (9/10/2025).
Amran menuturkan, apabila kelapa yang selama ini diekspor mentah diolah menjadi produk turunan seperti santan (coconut milk), minyak kelapa murni (VCO), atau produk turunannya, maka nilai ekonominya bisa meningkat hingga 100 kali lipat.
“Kita hitung rata-rata saja, itu bisa menghasilkan Rp2.400 triliun. Katakanlah separuh saja, 50%, itu sudah bisa menghasilkan Rp 1.200 triliun devisa. Itu baru dari kelapa,” tambahnya.
Sumber Bisnis, edit koranbumn















