Rencana pemerintah untuk melakukan konsolidasi atau integrasi tujuh BUMN karya dipastikan mundur hingga tahun 2026. Penundaan terjadi karena kompleksitas persoalan keuangan dan utang yang masih membayangi sejumlah perusahaan konstruksi pelat merah tersebut.
Ketujuh perusahaan yang masuk dalam agenda integrasi adalah PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI), PT PP (Persero) Tbk (PTPP), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), PT Hutama Karya (Persero), PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT), PT Brantas Abipraya (Persero), dan PT Nindya Karya (Persero).
Chief Operating Officer (COO) Danantara, Dony Oskaria, mengatakan bahwa target penyelesaian konsolidasi pada akhir 2025 tidak lagi realistis. Menurut dia, proses integrasi harus dilakukan secara hati-hati mengingat kondisi yang dihadapi portofolio BUMN karya.
“Kami carry over ke tahun depan. Tidak selesai di tahun ini. Khusus untuk karya tidak selesai di tahun ini,” kata Dony saat ditemui di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Rabu (26/11/2025).
“Restrukturisasi daripada utang-utangnya dulu. Jadi problem keuangan mereka cukup dalam di karya. Kami harus transparan juga kepada publik. Karya-karya kita menghadapi persoalan keuangan yang cukup dalam selama ini,” ujar Dony.
Ia menambahkan, pembenahan keuangan akan dilanjutkan dengan proses impairment atau penurunan nilai aset secara permanen untuk memastikan nilai aset mencerminkan kondisi wajar. Setelah fundamental membaik, pengelompokan BUMN karya akan ditentukan berdasarkan skenario yang mampu memperkuat masing-masing entitas.
“Jadi tahapannya nanti kita melakukan dulu perbaikan kondisi keuangannya. Dan masuk di dalamnya ada impairment juga nanti. Kemudian setelah itu baru kita kelompokkan berdasarkan skenario mana yang kemudian memberikan penguatan antar BUMN-BUMN ini. Ini akan kita lakukan,” tutur Dony.
Dalam implementasi, pemerintah akan memprioritaskan perbaikan pada BUMN karya yang paling tertekan secara finansial. Sementara itu, konsolidasi Nindya Karya dan Brantas Abipraya akan dilakukan pada tahap berikutnya karena kondisi kedua perusahaan dinilai lebih sehat.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Sumber Bisnis, edit koranbumn














