Perum Bulog Cabang Banyumas, Jawa Tengah, memproduksi beras bervitamin dengan nama “Fortivit” sebagai strategi perbaikan gizi masyarakat dan percepatan pencegahan tengkes (stunting).
“Hanya ada dua cabang Perum Bulog yang memproduksi beras ‘Fortivit’ ini, yakni Banyumas dan Karawang,” kata Pemimpin Cabang Bulog Banyumas Dani Satrio saat menerima kunjungan anggota Komisi VI DPR RI Siti Mukaromah di Kantor Perum Bulog Cabang Banyumas, Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Senin (9/3/2020).
Menurut dia, beras “Fortivit” tersebut diproduksi Perum Bulog Cabang Banyumas di Gumilir, Kabupaten Cilacap, sejak diluncurkan oleh Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso pada 2019.
Ia mengatakan beras fortifikasi tersebut diolah dari beras lokal, baik beras merah maupun beras putih, hasil panen petani di wilayah eks Keresidenan Banyumas (Kabupaten Banyumas, Cilacap, Purbalingga, dan Banjarnegara, red.).
Dalam hal ini, fortifikasi terhadap beras tersebut dilakukan dengan menambah vitamin dan mineral yang terdiri atas vitamin A, vitamin B1, vitamin B3, vitamin B6, vitamin B9 (Asam Folat), vitamin B12, Zat Besi (Iron), dan Zink.
“Kami telah kirim beras ‘Fortivit’ ini ke Jakarta, berbagai kota di Jawa, luar Jawa, sampai ke Nusa Tenggara Timur. Produksi kami sudah mencapai 20-30 ton per bulan, masih dalam pengembangan, kapasitas produksinya 100 ton,” kata Dani menjelaskan.Baca juga: Kenaikan Harga Beras Berpotensi Berlanjut Hingga Maret
Terkait dengan hal itu, anggota Komisi VI DPR RI Siti Mukaromah memberikan apresiasi atas inovasi yang telah dilakukan Perum Bulog dengan memroduksi “Fortivit” yang merupakan beras bervitamin.
Menurut dia, hal itu berarti semua beras bisa diolah menjadi beras “Fortivit” yang mengandung berbagai vitamin dan mineral.
“Saya pikir ini menjadi sebuah konsumsi yang bisa dikonsumsi oleh seluruh elemen masyarakat tergantung pada kemampuan daya beli mereka. Tapi tentunya dengan adanya kandungan (vitamin dan mineral) ini harganya akan lebih berbeda. Ini salah satu terobosan yang baik juga,” katanya.
Ia mengharapkan kehadiran beras “Fortivit” tersebut dapat disosialisasikan kepada masyarakat karena saat sekarang persoalan tengkes begitu luar biasa dan menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan bersama-sama.
“Bukan hanya pemerintah, saya pikir kami dari DPR juga punya kewajiban untuk ikut menurunkan angka ‘stunting’ (tengkes) dan ternyata Bulog sudah mengambil salah satu perannya untuk ikut membantu, dan harapannya mudah-mudahan masyarakat juga akan menangkap ini sebagai sisi yang sangat positif,” katanya.
Kendati demikian, dia mengharapkan Bulog dapat membuat kelas-kelas harga beras fortifikasi tersebut agar terjangkau oleh daya beli masyarakat.
Sumber Bisnis, edit koranbumn