Pemerintah perlu mengoptimalkan peran Bulog dan badan usaha milik negara (BUMN) terkait menjadi off-taker komoditas pertanian untuk menjamin ketersediaan stok pangan nasional dan menyerap produk pertanian para petani nasional.
Kebijakan ini juga untuk menjaga pendapatan jutaan petani Indonesia yang saat ini mengalami kelesuan pasar akibat dampak pandemi Covid-19.
Sektor pertanian terdampak signifikan akibat virus corona. Saat ini komoditas pertanian, seperti sayuran dan hortikultura, yang diproduksi petani serapan pasarnya rendah.
Staf Khusus Wakil Presiden RI, Dr Lukmanul Hakim perlu tindak lanjut segera atas kebijakan pemerintah mengeluarkan stimulus penanganan dampak virus corona senilai Rp405,1 triliun, yang sebagian diantaranya untuk pemulihan ekonomi nasional dan UMKM termasuk sektor pertanian
“Pemerintah perlu mengoptimalkan peran Bulog dan BUMN untuk ketersediaan pangan dan menjadi off-taker produk hasil pertanian,”katanya, dalam keterangan tertulis, Kamis (2/4/2020).
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo, mengumumkan bahwa pemerintah memberikan tambahan anggaran Rp405,1 triliun untuk penangan Covid-19.
Total anggaran dialokasikan Rp75 triliun untuk bidang kesehatan, Rp110 triliun untuk perlindungan sosial, Rp150 triliun untuk program pemulihan ekonomi nasional, dan Rp70,1 triliun untuk insentif perpajakan dan stimulus kredit usaha rakyat.
Direktur Utama PTPN 8 Wahyu mengingkatkan perlunya ketersediaan pangan yang cukup di masa pandemi Covid-19 ini.
Setidaknya, dengan memiliki cadangan cukup dan kebutuhan pokok lainnya untuk 3-6 bulan ke depan. Sejauh ini stok beras saat ini di Bulog sekitar 1,4 juta ton, sementara kebutuhan beras rata-rata sektiar 2,5 juta ton – 3 juta ton per bulan.
“Ketidakseimbangan supply-demand beras terlihat juga dari harga beras di pasar saat ini yang mengalami kenaikan. Salah satu contohnya adalah di kawasan Lembang Jawa Barat, harga beras medium per liter Rp10.000,- harga tersebut melampaui harga ketetapan pemerintah di kisaran Rp8.500,” katanya.
Sementara itu, Ketua Perhimpunan Ahli Agronomi Indonesia Muhammad Syakir mengatakan, selain cadangan beras di Bulog, saat ini stok beras di penggilingan besar sekitar 1,2 juta ton, dan stok beras di pasar induk sekitar 26 ribu ton.
“Total cadangan beras saat ini diperkirakan sekitar 3,6 juta ton. Sementara konsumsi beras rata-rata per bulan sekitar 2,5 juta – 3 juta ton,” katanya.
Cadangan beras diharapkan bertambah dengan masa musim tanam bulan April 2020. Namun, menurut Wahyu, perlu diantisipasi, panen Masa Tanam I ini hasilnya tidak begitu menggembirakan.
“Diperkirakan produksi gabah turun hingga 50 persen,”tuturnya.
Persoalan lain adalah ketersediaan daging ayam dan telur juga terpengaruh oleh pasokan pakan yang diproduksi dari jagung. Padahal dalam kondisi Covid-19 ini masyarakat perlu mengkonsumsi gizi dan protein yang cukup sehingga dapat menjaga daya tahan tubuhnya dengan baik.
“Peternakan ayam produksinya menurun, selain karena ada kebijakan pemusnahan DOC sebelumnya akibat harga ayam rendah, ditambah lagi saat ini kelangkaan pakan, karena produksi jagung berkurang,”kata Sekjen Dewan Jagung Indonesia Maxdeyul Sola.
Sumber Bisnis, edit koranbumn