PT Bio Farma (Persero) menyatakan produksi alat tes Covid-19 akan diproduksi secara komersil setelah memproduksi 100.000 unit pertamanya. .
Head of Corporate Communications Bio Farma Iwan Setiawan mengatakan produksi alat tes Covid-19 merupakan misi kemanusiaan. Namun demikian, ujarnya, perseroan akan memproduksi alat tes tersebut secara komersil seusai alat tes Covid-19 diproduksi sebanyak 100.000 unit.
“Tentu dengan harga yangĀ affordableĀ dan sesuai komitmen BoE [Board of Executive/Dewan Direksi] harga alat tes [perseroan] akan lebih rendah dari harga impor,” ucapnya
Seperti diketahui, Bio Farma berencana untuk memproduksi 100.000 unit alat tes Covid-19 dalam waktu dekat. Adapun, biaya produksi alat tes tersebut berasal dari hasil donasi masyarakat tersebut terkumpul melalui gerakan “Indonesia PASTI BISA” oleh East Ventures.
Alat tes tersebut dibuat melalui Ā pengujianĀ real time polymerase chain reactionĀ atau RT-PCR. Sementara itu, alat tesĀ itu diproduksi dengan tujuan untuk melakukan pemeriksaan Covid-19 melaluiĀ test swabĀ sampling.
Adapun model yang digunakan dalam memproduksi alat tes tersebut diciptakan oleh sebuah perusahaan rintisan yang bergerak dalamĀ deep-techĀ genomika atau Nusantics.
Iwan melanjutkan perseroan telah mendapatkan kemudahan administrasi terkait pengadaan bahan baku alat tes Covid-19 dari luar negeri. Namun demikian, lanjutnya, pengadaan bahan baku tetap sulit.
“Proses pengadaan impor mendapat keringanan dengan adanya percepatan administrasi dan lainnya. Akan tetapi, karena semua orang beli barang yang sama, jadinya kami antre juga,” katanya.
Selain itu, Bio Farma juga berencana memproduksiĀ reagenĀ untuk keperluan tes dengan metode PCR. Adapun, reagen yang diperlukan harus memiliki kemampuan mengisolasi RNA dari DNA pasien untuk memeriksa keberadaan Covid-19.
Iwan mengatakan keberhasilan prakarsa tersebut sangat tergantung dari kerja sama berbagai pihak. Menurutnya, proses kemandirian alat kesehatan di dalam negeri akan bisa direalisasikan secara bertahap.
“Harus optimistis,” ujarnya.
Sebelumnya, Research Coordinator Divisi Riset PT Bio Farma Dicky mengungkapkan, kapasitas produksi reagen di Bio Farma mencapai 50.000 test kit per minggu. kapasitasnya bisa ditingkatkan hingga 100.000 test kit per minggu bila dibutuhkan. Jumlah tersebut akan mampu memenuhi kebutuhan tes dengan metode rt-PCR di Jabar.
āSebenarnya dari Bio Farma kita dengan kapasitas terpasang per hari bisa sampai 300 boks atau setara 50.000Ā test kitĀ dalam satu minggu, atau (bila dibutuhkan) maksimal malah kita bisa sampai 15.000Ā test kitĀ dalam satu hari, atau setara hampir 100.000Ā test kitĀ seminggu itu sebenarnya bisa kita penuhi,ā kata Dicky.
Akan tetapi, Dicky mengatakan, proses produksi terkendala oleh kedatangan bahan baku. Negara-negara di dunia tengah saling berebut bahan bakuĀ reagen. Meski begitu, dia mengaku telah melakukan pemesanan yang diperkirakan akan sampai pada pekan depan.
āKendalanya hanya kedatangan bahan baku, dan itu sudah kita pesankan. Masalah bahan baku itu sebenarnya tidak hanya di kita, jadi seluruh dunia memang sekarang sedang berebut bahan bakunya,ā ucap Dicky.
Dicky menjelaskan, bahan baku yang akan sampai pekan depan tersebut akan dialokasikan untuk produksi 100.000Ā test kit reagen. Nantinya, alat rt-PCR tersebut akan segera dapat disebarkan ke seluruh Indonesia paling cepat pada pertengahan Mei 2020.
āSementara untuk yang 100.000 perdana ini merupakan proyek nasional yg digagas BPPT dan komponen bangsa lain yang bersama-sama akan didonasikan untuk disebar ke seluruh Indonesia secara gratis, jadi tidak akan dikomersialkan,ā kata Dicky.
Dicky menambahkan 100.000 test kit itu akan diproduksi awal Mei.
“Minggu kedua Mei sudah bisa langsung didistribusikan secara nasional,ā imbuhnya.
Sumber Bisnis, edit koranbumn