Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI) Didiek Hartantyo, mengatakan pihaknya telah menyiapkan strategi untuk mengantisipasi kerugian perusahaan. Mengingat, saat ini manajemen KAI sedang dalam kondisi yang tidak menguntungkan karena dampak pandemi covid-19.
Salah satunya, mengamankan aliran kas dan likuiditas selama masa Covid-19. Dia mencatat tekanan ke arus kas PT Kereta Api dalam setahun ini mengalami penurunan dikarenakan pendapatan dari penumpang ini turunnya luar biasa.
“Sekarang ini pendapatan kami dari penumpang itu hanya sekitar 10 persen atau 7 persen dari program PT KAI. Inilah yang sangat berdampak sehingga kas menjadi salah satu masalah utama dalam masa covid-19 ini,” kata Didiek dalam konferensi pers virtual, Jumat (22/5).
Kemudian terkait likuiditas, dengan adanya pengaruh terhadap arus kas maka secara tidak langsung pihaknya mengalami operational cash flow depresiasi. Oleh karena itu, untuk menutup operational cash flow depresiasi, pihaknya menyiapkan dana pinjaman dari perbankan dalam bentuk kredit modal kerja.
“Sampai saat ini memang terjadi defisit cash flow operasiona, mulai bulan Maret namun demikian secara liquidity kami yakinkan bahwa likuiditas PT Kereta Api aman Sehingga kebutuhan likuiditas ini terjaga dengan baik,” ujarnya.
Selain itu, pihaknya juga melakukan efisiensi biaya. Artinya pihak KAI melakukan efisiensi memotong biaya, apabila biaya itu tidak bisa dipotong maka akan di delay pembayarannya.
“Kalau kita mendapatkan servis perawatan maka kita berbicara dengan vendor kita, sampaikan bahwa pendapatan kita mengalami gangguan karena covid-19. Maka kita minta relaksasi, demikian juga dengan surat pokok kepada perbankan, kami juga melakukan relaksasi meminta penundaan pembayaran sampai dengan 1 tahun,” ujarnya.
Selanjutnya, pihaknya juga menggenjot pendapatan dari angkutan batubara. “Angkutan batubara ini masih bertahan dan ini menjadi sumber pembiayaan atau sumber pendapatan yang utama pada saat covid-19 ini. Memang disadari bahwa selama masa covid-19 ternyata permintaan listrik dari pada pelanggan PLN itu mengalami penurunan,” jelasnya.
Dikarenakan melambatnya aktivitas ekonomi, seperti kafe-kafe yang tutup kemudian banyak kantor-kantor yang menerapkan working from home, sehingga permintaan batubara daripada industri tower dan produsen daripada produk PLN mengalami penurunan sekitar 20 persen untuk angkutan barang ini. Kendati begitu, Didiek tetap berharap bahwa arus kas dan likuidias PT KAI bisa tetap stabil, sehingga penurunan daripada kas bisa dijaga.
Sumber Merdeka, edit koranbumn