PT Pertamina (Persero) berkomitmen untuk tetap menjaga investasi pada sektor hulu di tengah kondisi pandemi Covid-19 yang belum mereda.
Sepanjang tahun 2019 lalu, nilai investasi hulu mencapai US$ 2,45 miliar atau sekitar 60% dari keseluruhan investasi Pertamina pada RKAP tahun 2019 yang mencapai US$ 4,1 miliar.
VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman bilang, besaran investasi untuk tahun ini juga tak jauh berbeda dengan alokasi tahun lalu.
“Pertamina hingga saat ini memutuskan tetap melakukan investasi di sektor hulu untuk menjaga produksi dan lifting migas nasional. Pertamina terus memantau perkembangan situasi global, terutama pandemi Covid-19, harga minyak mentah dunia, serta nilai tukar rupiah terhadap dolar AS,” jelas Fajriyah
Fajriyah menambahkan, realisasi produksi migas Pertamina sepanjang kuartal I 2020 menunjukkan hasil yang positif. Pada triwulan I-2020, Pertamina mencatat produksi hulu migas sebesar 918,8 MBOEPD (ribu barel setara minyak bumi per hari).
Rinciannya, produksi minyak bumi rata-rata sebesar 420,4 MBOPD (ribu barel per hari), sedangkan produksi gas bumi mencapai rata rata sebesar 2887,9 MMSCFD (juta standar kaki kubik per hari).
Selain ditopang produksi anak usaha, kegiatan pengeboran juga dinilai berkontribusi terhadap kinerja positif kuartal I tahun ini.
“Sejumlah sumur baru yang selesai dibor pada 2019 telah mulai berproduksi pada awal tahun ini serta upaya pemeliharaan sumur-sumur (work over dan well services) yang ada menjadikan produksi migas Pertamina relatif stabil,” ujar Fajriyah.
Asal tahu saja, sejumlah anak perusahaan hulu Pertamina yang menyumbang produksi di atas target, antara lain Pertamina EP (PEP) untuk produksi gas dan Pertamina Hulu Indonesia (PHI) untuk produksi minyak. Selain itu, anak perusahaan hulu di luar negeri, yakni Pertamina International EP (PIEP) juga berhasil meningkatkan produksi gasnya, terutama di lapangan Aljazair.
Fajriyah merinci, anak perusahaan PHI, Pertamina Hulu Mahakam (PHM), yang mengelola Blok Mahakam pada triwulan I-2020 membukukan rata-rata produksi gas sebesar 659 MMSCFD (wellhead) atau di atas target teknis Work Program & Budget (WP&B) 2020 sebesar 608 MMSCFD.
Sementara itu, produksi likuid (minyak dan kondensat) PHM mencapai 30,34 MBOPD, juga lebih tinggi daripada target teknis WP&B 2020 sebesar 30,12 MBOPD.
Produksi anak perusahaan PHI lainnya, Pertamina Hulu Sanga Sanga (PHSS), juga tercatat sebesar 11,95 MBOPD atau melonjak 138,5% dibanding target Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) triwulan I-2020 yang dipatok pada 8,63 MBOPD.
Sementara itu, produksi minyak Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT), yang juga merupakan anak perusahaan PHI, mencapai 11,26 MBOPD atau 109,6 persen di atas target RKAP triwulan 1-2020 sebesar 10,27 MBOPD.
Produksi di luar negeri yang dicatatkan PIEP juga telah berhasil memberikan kontribusi produksi migas sebesar 156 MBOEPD atau 103% dari target triwulan I-2020.
Prestasi PHM, PHKT, PHSS, dan PIEP dapat dicapai berkat upaya masing-masing anak perusahaan, yaitu dengan melakukan pekerjaan sumur pengembangan sesuai rencana, pekerjaan workover dan well services sesuai rencana, dan mempertahankan keandalan fasilitas produksi.
Fajriyah mengungkapkan, Pertamina berkomitmen menjaga kegiatan pengeboran tahun ini. Pada tahun lalu, Pertamina melakukan pengeboran eksploitasi sebanyak 78 sumur dan pekerjaan workover (pekerjaan untuk mempertahankan atau memperbaiki/menambah produksi) sebanyak 161 sumur.
Adapun, Pertamina Hulu Energi Nunukan Company (PHENC) berhasil melakukan tajak dua sumur lepas pantai di Struktur Parang. Pengeboran kedua sumur di Blok Nunukan ini diperkirakan memiliki potensi cadangan yang cukup besar dan menjadi semangat tersendiri di tengah pandemi.
Prestasi serupa juga dicatatkan PHM yang telah melakukan pengeboran 31 sumur tajak di South Peciko dan Tunu Deep East dan menargetkan untuk mengebor 117 sumur tajak dan 2 sumur eksplorasi.
Banyaknya jumlah sumur yang dibor itu merupakan upaya untuk memaksimalkan cadangan hidrokarbon yang tersedia karena cadangan dan produksi dari sumur-sumur yang ada sudah makin marjinal. Selain itu, upaya pengeboran tersebut diharapkan dapat menekan laju penurunan produksi serendah mungkin, hingga di bawah 10%.
“Pertamina melakukan berbagai penyesuaian termasuk mengubah prosedur pergantian pekerja lapangan (crew change) yang sebelumnya tiap 12 hari menjadi 28 hari serta memastikan kondisi kesehatan pekerja seraya terus berupaya menjaga produksi migas sesuai target RKAP,” pungkas Fajriyah.
Sumber Kontan , edit koranbumn