PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. menyatakan sejumlah proyek yang mengalami penundaan kini mulai bisa dilanjutkan kembali, meski belum dilakukan dalam kapasitas penuh.
Melalui keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), manajemen perseroan menyebutkan bahwa pengerjaan proyek di sejumlah daerah kini dapat dimulai kembali, khususnya di Jawa.
“Beberapa proyek yang pada periode lalu mengalami penghentian atau perlambatan, saat ini sudah mulai beroperasi walaupun belum mencapai kapasitas 100 persen, seperti proyek-proyek di daerah DKI Jakarta, Jawa Barat, dan beberapa daerah di Pulau Jawa lainnya,” tulis manajemen dalam keterbukaan informasi, Senin (16/5/2020).
Perseroan menyebutkan dampak perlambatan yang diperkirakan berlangsung sekitar 3 bulan tersebut memiliki andil sebesar 25 persen terhadap total pendapatan pada tahun lalu.
Kondisi ini lebih baik dibandingkan posisi pada April di mana perseroan mendapati 13 persen dari total 208 proyek yang dikerjakan harus ditunda sementara. Adapun, 23 persen di antaranya mengalami perlambatan pengerjaan.
Perseroan menyatakan sejumlah antisipasi telah dilakukan mulai dari efisiensi biaya usaha. Namun, perseroan menegaskan tetap berkomitmen untuk tidak melakukan pengurangan karyawan hingga saat ini.
Selain itu, perseroan akan memaksimalkan produksi pada proyek-proyek yang sedang berjalan dengan terlebih dahulu melakukan assessment kepada project owner yang memiliki kemampuan likuiditas.
Perseroan juga telah mengajukan relaksasi pada fasilitas non cash loan (NCL) yang didapat perusahaan dari tenor 6 bulan menjadi 12 bulan dan mengajukan penurunan bunga pinjaman.
Di sisi lain, perseroan berupaya melakukan inovasi dan substitusi material impor menjadi material lokal dalam rangka mengefisiensikan biaya operasi. Perseroan juga mendorong penggunaan teknologi informasi dalam operasional proyek.
Pada 2020, emiten berkode saham WIKA ini menargetkan NKB Rp65,50 triliun, naik 59,7 persen dari realisasi kontrak baru pada tahun lalu. Adapun, dari sisi laba perseroan menargetkan realisasi sebesar Rp2,92 triliun, tumbuh 41 persen dari realisasi 2019.
Hingga akhir April, perolehan kontrak baru perseroan baru mencapai Rp2,83 triliun. Sementara itu, total kontrak dihadapi atau order book perseroan tercatat sebanyak Rp80,68 triliun.
Sumber Bisnis, edit koranbumn