PT Bio Farma (Persero) mengajukan kebutuhan anggaran Rp45,5 triliun untuk pengadaan 260 juta dosis vaksin Sinovac. Perusahaan berpelat merah ini membutuhkan Rp3,6 triliun untuk pembayaran uang muka pertama pada bulan ini, Oktober.
Hal ini disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam paparan materi yang ditampilkan usai rapat terbatas dengan Presiden Joko Widodo, Senin (12/10/2020).
Dalam usulan anggaran dari Bio Farma, total biaya akan dibayarkan dalam 12 termin hingga Februari 2022.
Secara total uang muka yang harus disiapkan pemerintah adalah Rp24,21 triliun hingga 2022. Pelunasan akan dilakukan dalam 4 termin dengan total Rp21,3 triliun, yang dilakukan pada Juni 2021, Oktober 2021, Desember 2021, dan Februari 2022.
Sementara itu, pengadaan vaksin akan dipenuhi oleh Bio Farma dalam 12 tahap. Fase pertama pada November 2020, di mana Bio Farma akan menyediakan 15 juta dosis vaksin Sinovac.
Selanjutnya, Bio Farma memperkirakan ada 10 juta dosis vaksin Covid-19 pada 5 Januari 2021, 20 juta dosis vaksin 28 Januari 2021, 5 juta dosis pada 26 Februari 2021, dan 32 juta dosis pada 29 Maret 2021.
Kemudian dalam rencananya, Bio Farma memperkirakan ada 21 juta dosis vaksin virus Corona pada 30 April 2021, 20 juta dosis pada 31 Mei 2021, dan 33 juta dosis pada 29 Juni 2021.
Selanjutnya pengadaan vaksin akan dilanjutkan pada 31 Juli 2021, 30 Agustus 2021, 30 September 2021, dan 30 Oktober 2021. Secara berurutan Bio Farma memperkirakan vaksin yang akan tersedia sebanyak 30 juta dosis, 26 juta dosis, 29 juta dosis, dan 19 juta dosis.
Sementara itu, pemerintah telah menetapkan 160 juta orang akan menerima vaksin pada 2021. Dengan demikian Indonesia membutuhkan 320 juta dosis vaksin.
Terkait hal itu, pemerintah telah mengamankan 270 juta dosis vaksin Corona untuk tahun depan.
“Dalam perencanaan untuk tahun 2021 itu sudah secure untuk kebutuhan 135 juta orang. Jumlah vaksin sekitar 270 juta untuk 2021. Sisanya nanti terus didorong untuk 2022,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto usai rapat terbatas dengan Presiden Jokowi, Senin (12/10/2020).
Dia menjabarkan bahwa saat ini tiga perusahaan produsen vaksin telah menyampaikan komitmen, yakni Sinovac, Sinofarm, dan Cansino.
Pembelian dan penyerahan vaksin akan dilakukan setelah uji klinis tahap 3 rampung. Selain itu, pemerintah juga masih melakukan negosiasi dengan Astra Zeneca, Novavax, Pfizer, dan CEPI terkait pengadaan vaksin.
Airlangga melanjutkan bahwa Indonesia telah mengamankan 143 juta dosis vaksin dari Sinovac.
“Dan Sinofarm itu sekitar di tahun 2020, 15 juta, kemudian terkait Cansino ini menjanjikan kita sekitar 100.000 di akhir Desember dan tahun depan sekitar 15 juta,” jelasnya.
Terkait vaksin AstraZeneca, pemerintah tengah berdiskusi untuk menyediakan 100 juta dosis vaksin pada tahun depan. Total harga vaksin tersebut US$500 juta.
Oleh karena itu, saat ini pemerintah tengah menyiapkan uang muka sebesar 50 persen dari total belanja, atau US$250 juta.
“Sekarang Menkes maupun Menteri BUMN sedang negosiasi final dengan AstraZeneca,” ungkapnya.
Sumber Bisnis, edit koranbumn