Kendati penyaluran kredit industri perbankan jeblok, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) justru mencatatkan pertumbuhan positif hingga September 2020. Bank publik itu memproyeksikan tahun ini kredit masih tumbuh 5 persen.
Dirut BRI Sunarso menyampaikan bahwa dalam kondisi seperti ini perbankan adalah tulang punggung penggerak perekonomian. Penyaluran kredit adalah darah untuk memompa pertumbuhan ekonomi.
Oleh sebab itu, lanjut Sunarso, perseroan memilih untuk terus memacu pertumbuhan kredit meskipun tengah diadang sejumlah masalah, seperti restrukturisasi kredit bermasalah, lesunya permintaan pembiayaan, hingga kenaikan beban dana.
“Maka BRI masuk point of no return, apapun kita harus terus maju, jangan kurangi [kredit], berhenti saja maka bisa bahaya. Kita berani ambil keputusan untuk tidak kembali, karena kalau kembali mati semua [perekonomian],” ujar Sunarso
Namun, kendati lebih memilih untuk terus ekspansif, kebijakan Sunarso bukan tanpa perhitungan. Langkah pertama yang dilakukan restrukturisasi kredit bermasalah. Hingga 28 September 2018 restrukturisasi yang telah dilakukan BRI mencapai Rp191,49 triliun dari 2,95 juta debitur.
Dengan membersihkan potensi kredit bermasalah, menurutnya, perseroan lebih mudah dalam melakukan ekspansi penyaluran dana. Restrukturisasi kredit diklaim sudah mencapai puncak pada Mei tahun ini.
Selanjutnya, tutur Sunarso, di tengah restrukturisasi kredit, perseroan sembari melakukan ekspansi kredit. Ekspansi kredit, sambungnya, difokuskan kepada usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Sunarso menyadari bahwa UMKM pada krisis Covid-19 ini terdampak paling parah dibandingkan dengan usaha korporasi. Hal ini berbeda dengan krisis-krisis sebelumnya, di mana UMKM lebih tahan krisis.
Akan tetapi, lanjutnya, UMKM meskipun kali ini terpapar krisis, mereka lebih cepat bangkit dibandingkan dengan usaha korporasi.
“Hari ini gulung tikar, besoknya UMKM bisa berpindah ke usaha lain. Makanya penyaluran kredit kita fokuskan ke sana, terutama usaha mikro,” ujarnya.
Selain itu, ungkapnya, strategi yang dipakai perseroan adalah penyaluran kredit pada kelompok usaha yang terbantu oleh stimulus pemerintah. Beberapa stimulus itu seperti bantuan duit pada UMKM, subsidi gaji hingga lainnya.
Target kredit BRI tahun ini ditetapkan 5 persen setelah mengalami revisi beberapa kali. Hingga September 2020, Sunarso menyebutkan bahwa realisasi pertumbuhan kredit masih sekitar 5 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Target kredit BRI terbilang optimistis di tengah penurunan kinerja industri perbankan. Hingga September 2020 pertumbuhan nyaris stagnan, yakni 0,12 persen (yoy).
Berarti total kredit perbankan mencapai Rp5.586,69 triliun pada periode itu. Apabila dibandingkan dengan posisi akhir tahun lalu (year to date/ytd), berarti portofolio kredit perbankan justru merosot Rp96,31 triliun.
Pasalnya, per Desember 2019 kredit perbankan tercatat mencapai Rp5.683 triliun. Kondisi ini kontras dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Sepanjang tahun berjalan per September 2019 (ytd), kredit perbankan masih mampu mencatatkan pertumbuhan bersih sebesar Rp222 triliun.
Angka itu diperoleh dari posisi kredit pada Desember 2018 sebesar Rp5.358 triliun menjadi Rp5.580 triliun pada September 2019.
Apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun berjalan, kredit perbankan tercatat merosot 318,3 persen. Dari posisi tahun September 2019 (ytd) Rp222 triliun menjadi minus Rp96,31triliun pada September 2020 (ytd).
Sumber Bisnis, edit koranbumn