PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (BRI Agro) yang baru berganti nama menjadi Bank Raya mencatatkan laba bersih sebesar Rp 26 miliar sepanjang semester I 2021. Perolehan laba bersih ini meningkat 30 persen secara year on year (yoy).
“Hal tersebut didorong peningkatan pendapatan bunga bersih sebesar 34,21 persen year on year menjadi Rp 434 miliar pada tahun ini seiring dengan peningkatan Net Interest Margin (NIM) menjadi 3,48 persen,” kata Direktur Keuangan dan Operasional Arif Wicaksono dalam konferensi pers daring yang dipantau di Jakarta, Senin (27/9).
Sementara itu return on asset (ROA) BRI Agro meningkat menjadi 0,33 persen dan return on equity (ROE) naik menjadi 1,26 persen pada Juni 2021. Dari sisi permodalan, total modal inti Perseroan mencapai Rp 4,22 triliun dengan level rasio kecukupan modal (CAR) mencapai 24,90 persen pada akhir Juni 2021.
“Pada kesempatan ini kami sampaikan bahwa sejalan dengan upaya kami melakukan refocusing dari kredit menengah ke bisnis digital, maka pada Juli 2021 Perseroan diperkirakan akan mengalami kerugian,” katanya.
Kerugian ini, terang Arif, merupakan dampak dari adanya peningkatan rasio kredit bermasalah (NPL), terutama untuk kredit konvensional serta tambahan untuk pencadangannya.”Untuk itu, kami juga telah menyiapkan langkah-langkah antisipasi agar pada akhir 2021 tingkat risiko kredit dimaksud dapat kembali ke tingkat yang lebih sehat,” kata Arif.
Ia pun berharap Perseroan sudah sepenuhnya siap memasuki era bisnis digital pada 2022.”Langkah transformasi ini tetap memperhatikan penerapan tata kelola perusahaan yang baik, pengelolaan manajemen risiko, dan persyaratan kecukupan pemenuhan modal minimum yang telah ditetapkan regulator,” kata Arif.
sumber : Antara, Republika Edit koranbumn