Kehadiran bank syariah BUMN hasil merger diyakini bisa semakin mendorong pertumbuhan tingkat inklusi dan literasi keuangan syariah di Indonesia. Besarnya modal dan jaringan bank syariah hasil merger nanti menjadi dasar munculnya keyakinan tersebut.
Menurut Rektor Institut Tazkia Murniati Mukhlisin, kehadiran bank syariah BUMN hasil merger akan memperkaya pilihan produk dan jasa keuangan syariah bagi masyarakat. Pelayanan dan produk yang seusai syariat Islam disebutnya bisa semakin menarik perhatian masyarakat agar menggunakan jasa perbankan syariah.
“Diprediksikan dengan hadirnya bank BUMN Syariah menjadi salah satu pemain terbesar di industri keuangan Indonesia akan memberikan produk dan jasa yang lebih kental konten syariahnya, dan pelayanan yang lebih baik, lebih syar’i. Hal ini akan terwujud jika segenap manajemen dan pekerja mempunyai komitmen untuk mewujudkan semuanya itu,” ujar Murniati melalui keterangan tertulisnya kepada Republika, Rabu (9/12).
Pengamat perbankan syariah ini menegaskan, kolaborasi antarpihak dibutuhkan untuk menggenjot literasi dan inklusi keuangan syariah. Nantinya, bank BUMN syariah hasil merger bisa menjalankan perannya sebagai penyedia jasa layanan keuangan yang sesuai syariat Islam.
Peran besar bank syariah hasil merger harus ditopang dengan sosialisasi oleh pihak-pihak lain. Menurut Murniati, model literasi ekonomi dan keuangan syariah bisa dilakukan salah satunya dengan mulai mengedepankan penerapan prinsip syariah dalam setiap aspek kehidupan masyarakat sejak dini.
Melalui pendekatan tersebut, literasi keuangan syariah diharap bisa berjalan dengan pendekatan berbeda berdasarkan dua tingkat ekonomi dan delapan jenjang kelompok usia. “Model itu dirancang oleh Sakinah Finance yang saya ketuai bekerjasama dengan KNEKS sejak akhir 2019. Literasi syariah di sini bukan hanya bertumpu kepada keikutsertaan masyarakat dalam menggunakan produk dan jasa keuangan syariah, tapi lebih dari itu,” ujarnya.
Murniati yakin, jika nilai-nilai keuangan syariah sudah dipahami sejak dini oleh masyarakat, maka dengan sendirinya mereka akan tertarik menggunakan produk dan jasa perbankan syariah. “Dengan sendirinya, ajakan untuk berperan aktif dalam kancah industri ekonomi dan keuangan syariah akan terwujudkan. Dengan kesadaran sendiri, setiap individu akan mendatangi bank syariah, perusahaan asuransi syariah, membayar zakat ke LAZ, dan lain sebagainya,” ujarnya.
Pandangan serupa disampaikan Pengamat Perbankan alumni FE Universitas Islam Indonesia (UII) Dendy Indramawan. Menurutnya, aset dan modal besar bank syariah hasil merger akan meningkatkan market share dari entitas perbankan syariah di Indonesia.
“Tujuan mega merger ini untuk efisiensi dan daya saing, jadi bisa mendorong inklusi dan literasi keuangan. Dengan operasional yang efisien, diharapkan menjangkau lapisan-lapisan masyarakat yang masih unbankable. Dengan sumber daya yang besar, bank syariah bisa mengedukasi masyarakat khususnya umat muslim terkait produk-produk keuangan syariah,” ujarnya.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pada 2019 indeks literasi keuangan syariah ada di angka 8,93 persen, naik tipis dari posisi pada 2016 sebesar 8,1 persen. Di periode yang sama, inklusi keuangan syariah di Indonesia turun dari 11,1 persen menjadi 9,1 persen.
Proses penggabungan PT Bank BRIsyariah Tbk., PT Bank Syariah Mandiri, dan PT Bank BNI Syariah hingga kini masih berlangsung. Rencananya, operasional bank merger ketiga BUMN ini akan efektif berjalan pada Februari 2021.
Bank syariah hasil merger memiliki visi menjadi satu dari 10 bank syariah terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar secara global. Selain itu, bank syariah hasil merger digadang akan memiliki total aset hingga Rp250 triliun dan masuk jajaran 10 besar perbankan di Indonesia.
Sumber Republika, edit koranbumn