PT Kimia Farma Tbk (KAEF) menyiapkan belanja modal (capital expenditure / capex) sebesar Rp 4 triliun pada 2019. Perseroan akan menggunakan untuk membiayai 30% capex, sisanya 70% dari pendanaan eksternal
Direktur Keuangan Kimia Farma IGN Suharta Wijaya mengatakan, tahun ini, pihaknya kembali menganggarkan dana investasi anorganik dalam capex. Sebab, selain berniat melakukan ekspansi baru, perseroan berencana melakukan penyerapan capex termasuk investasi anorganik yang berlangsung sejak 2018
“Selain untuk keperluan investasi anorganik, anggaran capex antara lain dialokasikan untuk penambahan sekitar 100 gerai baru pada 2019,” kata Suharta kepada Investor Daily di Jakarta, Selasa (8/1)
Anggaran capex 2019 yang sebesar Rp 4 triliun tersebut setara dengan kenaikan 14,28% dari capex tahun lalu yang sebesar Rp 3,5 triliun. Dari nilai capex itu, perseroan mengalokasikan dana investasi anorganik sebesar Rp 2,3 triliun
Adapun untuk pendanaan capex 2019, Suharta memastikan bahwa Kimia Farma masih mempertahankan skema 70%-30% antara pendanaan eksternal dan internal. Karena itu, pada 2019, perseroan berniat menggalang dana melalui obligasi dan surat utang jangka menengah (medium term notes/MTN)
Namun, dia memperkirakan, pihaknya baru akan menerbitkan surat utang pada akhir kuartal II-2019 atau semester II-2019. “Penerbitan obligasi atau MTN tergantung dengan akuisisi atau aksi pertumbuhan anorganik Kimia Farma. Sepertinya kami berpotensi menerbitkan surat utang selepas momen pemilihan umum,” papar dia
Adapun pada 2018, Direktur Utama Kimia Farma Honesti Basyir pernah menyampaikan, pihaknya tengah menjajaki rencama mengakuisisi tiga rumah sakit dan satu perusahaan farmasi. Kemudian, perseroan pun berniat mendirikan pabrik obat di Arab Saudi yang diharapkan membuka peluang bisnis ke Afrika
Untuk pendirian pabrik tersebut, Kimia Farma akan berkolaborasi dengan Marei Bin Mahfouz (MBM) Group. Sebelumnya, kedua pihak sudah bekerja sama melalui PT Kimia Farma Dawaa
Mengenai rencana pendirian pabrik di Arab Saudi, Suharta menyatakan, sejauh ini berada dalam tahapan pre feasibility study (pre-FS).
Pasalnya, ada banyak regulasi di Arab Saudi yang harus dipahami dan patuhi oleh Kimia Farma
Dia mengakui, alokasi investasi untuk pendirian dengan MBM Group belum masuk ke dalam alokasi capex tahun 2019. Meski demikian, hal tersebut bersifat dinamis karena bisa berubah, jika ada perkembangan yang lebih baik atau lebih cepat
Dampak Akuisi
Adapun aksi akuisisi ditambah penerapan aplikasi teknologi baru berpotensi menopang pertumbuhan kinerja keuangan Kimia Farma ke depan. Sedangkan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berpotensi menaikkan biaya produksi perseroan
OSO Sekuritas memperkirakan kenaikan laba bersih Kimia Farma menjadi Rp 484 miliar pada 2018 dan senilai Rp 531 miliar pada 2019, dibandingkan 2017 yang sebesar Rp 331 miliar. Penjualan perseroan juga diproyeksikan meningkat pada 2018 dan 2019 masing-masing menjadi Rp 6,95 triliun dan Rp 7,72 triliun, dibandingkan perolehan 2017 sebesar Rp 6,12 triliun
Sebelumnya, perseroan menuntaskan akusisi 60% saham Dawaa Medical Limited Company, perusahaan asal Arab Saudi, melalui penyertaan modal sebesar 38 juta riyal atau setara Rp 139,38 miliar. Akuisisi ini memungkinkan perseroan menambah apotek di Mekkah, Jeddah, maupun Madinah melalui Dawaa
Kepemilikan saham Kimia Farma di perusahaan tersebut berpeluang untuk mempercepat ekspansi perseroan guna mengembangkan sebanyak 90 outlet apotek dalam kurun waktu dua tahun mendatang,” tulis tim riset OSO Sekuritas, belum lama ini
Selain faktor tersebut, tim riset OSO Sekuritas juga menyebutkan, keputusan perseroan menuju ranah digital dengan menerapkan teknologi Intenet of Thing (IoT) dalam proses produksi obat di pabrik hingga membuat aplikasi untuk mengontrol proses distribusi sampai gerai ritel bisa berdampak positif bagi Kimia Farma
Kedua faktor tersebut mendorong OSO Sekuritas untuk mempertahankan rekomendasi hold saham KAEF dengan target harga Rp 2.505. Target harga tersebut merefleksikan rasio PE 2018 sebesar 25 kali. Target harga tersebut juga sesuai dengan harga wajar perseroan serta mempertimbangkan proyeksi berlanjutnya pertumbuhan kinerja ke depan
Sumber Investordaily/ kimia farma , edit koranbumn