PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) sebagai bank BUMN yang didorong melakukan ekspansi bisnis internasional terus melakukan inovasi untuk mendukung kelancaran arus transfer uang antar negara atau remitansi.
Salah satunya dengan terus meningkatkan kapasitas BNI Direct dan BNI Mobile Banking dengan fitur tracking melalui SWIFT GPI dan API sehingga nasabah bisa cek status transfer secara realtime langsung dari gadget masing-masing.
BNI Mobile banking juga sudah punya fitur pengiriman uang rupiah ke luar negeri yang bisa langsung terkonversi dalam 8 hard currency di negara tujuan yakni USD, EUR, GBP, SGD, JPY, HKD, AUD dan NZD.
“Saat ini sedang dikembangkan juga untuk mendukung currency lain seperti PHP (Peso Filipina) dan INR (Rupee India). Komunitas ekspatriat dari negara tersebut banyak kita temui di Indonesia,” jelas Direktur Treasury dan Internasional BNI Henry Panjaitan pada Kontan.co.id, Sabtu (2/4).
Selain itu, BNI juga meningkatkan utilisasi penggunaan teknologi API dengan partner perusahaan remitansi eksisting. Dari 100 partner yang kerjasama dengan perseroan, sebanyak 60% sudah menerapkan teknologi API dan akan terus ditingkatkan lagi.
Dari partner BNI tersebut, kata Henry, ada 10 yang bisa dikategorikan sebagai fintech karena sudah menyediakan layanan aplikasi digital di sisi front-end yang memungkinkan sender untuk kirim uang ke Indonesia secara realtime 24/7.
BNI juga memiliki front-end aplikasi sendiri di Singapura yg dikenal dengan BNI Mobile Remittance (MoRe) dan dalam pengembangan untuk di duplikasi di Hong Kong.
Inovasi dan pengembangan selanjutnya, BNI bekerjasama dengan komunitas Diaspora di berbagai negara untuk mensosialisasikan layanan BNI, termasuk diantaranya adalah kemudahan pembukaan rekening Taplus secara digital dari LN yg akan semakin mempermudah transaksi para Diaspora.
Kemudian, perseroan menerapkan standard payment ISO 20022 pada seluruh channel remitansi.
Sejalan dengan inovasi dan pengembangan layanan yang dilakukan, Henry bilang, transaksi remitansi BNI terus mengalami peningkatan. Pada kuartal I 2022, frekuensi transaksi mencapai 1 juta atau tumbuh 14% dari periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/YoY). Adapun volume transaksinya mencapai US$ 19,3 miliar atau tumbuh 20% YoY.
Frekuensi transaksi remitansi menjelang lebaran dari tren tahun-tahun sebelumnya biasanya meningkat rata-rata sampai 10% dibanding bulan-bulan sebelumnya. Sehingga Henry memperkirakan frekuensi transaksi di kuartal II 2022 akan tumbuh 5%-7% dibandingkan kuartal I dan meningkat 15%-17% secara YoY.
Sumber Kontan, edit koranbumn